Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelacur di Pulau Baai Kehilangan Pelanggan di Musim Hujan

Kompas.com - 25/10/2013, 09:28 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Perbincangan dengan dua pekerja seks komersial di kawasan eks-lokalisasi Pulau Baai yang terletak di Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu, mengalir tanpa terasa.

Meja di depan sofa tempat bercengkrama yang awalnya bersih, kini sudah berantakan dengan sisa-sisa minuman, makanan kecil, dan abu rokok. Meski pagi tak lama lagi menjelang, kegaduhan di tempat itu belum menunjukkan tanda-tanda akan surut.

Hanya, menurut Novi, salah satu PSK yang sejak tengah malam bercerita panjang tentang kehidupannya, keramaian seperti saat ini hanya terjadi di musim kemarau, atau setidaknya saat tidak turun hujan.

Siapa menyangka, ternyata faktor curah hujan di lokalisasi itu memengaruhi pendapatan 300-an penjaja seks yang bermukim di sana. Menurut gadis berambut sebahu asal Jawa Barat itu, saat curah hujan tinggi banyak tamu yang tidak mau masuk ke area lokalisasi.

Memang, saat mendatangi tempat ini, jalan berbatu yang rusak akan menyambut para tamu. Dibutuhkan waktu sekira 10 menit dengan motor untuk melintasi ruas jalan tersebut. Konon, kondisi ini memang dibiarkan agar mereka yang datang ke kawasan Pulau Baai "terseleksi" sebagai orang-orang yang memang ingin menghabiskan malam dengan para wanita penghibur di sana.

Akibat jalan yang berlumpur saat hujan turun banyak pelanggan yang enggan datang. Alhasil, para pekerja seks itu pun kehilangan pendapatan. Selain itu, faktor hujan pun memengaruhi penghasilan para pelanggan di sana sehingga mereka pun tak punya uang untuk bersenang-senang.

"Selain kontraktor, mayoritas pelanggan kami adalah nelayan dan pekerja kapal jadi karena musim hujan terus para nelayan tidak melaut jadi mereka tidak punya uang untuk mencari hiburan di sini. Nah, itu membuat pendapatan kami turun sampai 80 persen," kata Ana, seorang PSK lainnya yang juga sejak malam bercerita soal pekerjaannya. 

Baik Ana maupun Novi sebelumnya pernah berujar bahwa dalam satu malam mereka bisa menghasilkan uang hingga Rp 1 juta. Uang itu didapat dari empat atau lima lelaki hidung belang yang menggunakan jasa mereka dalam semalam.

Tetapi, kondisi itu tak terjadi saat musim hujan datang. Ana mengaku ingin sekali keluar komplek lokalisasi untuk "refreshing" bila tempatnya bekerja sedang sepi. Namun, mereka terikat aturan ketat. Salah satunya adalah melarang mereka keluar dari lokalisasi demi alasan keamanan.

"Semua kebutuhan telah dipenuhi. Mau baju baru, kami bisa kredit. Mau beli handphone di sini ada yang jual, makan tinggal makan dengan biaya bulanan yang relatif murah sekitar Rp 300 ribu. Jadi tidak ada alasan kami untuk keluar, kerja, kerja, kerja," kelakar Novi, sambil kembali berjoget mengikuti dentuman musik disko dangdut di dalam rumah bordil itu.

Lokalisasi Pulau Baai berdiri kisaran tahun 1989. Pada tahun 2002, Pemerintah Provinsi Bengkulu menutup kawasan tersebut dan memberikan bantuan usaha bagi para PSK beserta uang saku untuk dipulangkan ke kampung halaman masing-masing.

Bantuan usaha tersebut adalah seperangkat alat jahit. Sayang, terobosan pemerintah kala itu tidak membuahkan hasil. Sebab, ketika dipulangkan secara serentak, para PSK itu justru turun di jalan dan melakukan aktivitas di beberapa tempat dalam Kota Bengkulu. Akibatnya, prostitusi liar terjadi pada saat itu dan membuat masyarakat terganggu.

Kini, saat angin malam berembus kencang, ingar-bingar musik dangdut dari rumah-rumah bordil yang berjajar di kampung itu, kepulan asap rokok dan aroma minuman beralkohol, serta ratusan wanita dengan pakaian serba mini masih akan terus menjadi keseharian di tempat ini...

***

Baca Juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com