Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Jual Diri, Kami Yakin Tuhan Sayang Kami...

Kompas.com - 23/10/2013, 09:41 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Malam semakin larut. Udara dingin dan angin kencang di luar rumah bordil yang berdiri berjajar di lokalisasi Pulau Baai, Kota Bengkulu, tertutup dentuman musik keras serta pekatnya asap rokok dari para pekerja seks komersial dan para pengunjung yang datang.

Perbincangan dengan dua penjaja seks dari Jawa Barat yang mengadu nasib di kompleks pelacuran ini pun terus berlanjut.

Sambil bercerita, Ana, PSK berusia 23 tahun asal Bandung, kerap mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya, menghalau pekatnya asap rokok yang mengepul. Rambutnya yang tergerai sebahu pun sering dikibas-kibaskannya, menambah kesan genit dan seksi bagi para pelanggannya.

Sesekali ia mengisap dalam-dalam rokok yang ada di jepitan jarinya. Rok jins mini yang membalut kaki putihnya tak membuatnya kikuk untuk duduk bebas di sofa yang rendah.

Tak jauh berbeda, Novi, gadis 24 tahun dari Ciamis, pun terlihat tak terganggu dengan suasana gaduh di dalam ruang depan rumah bordil berukuran 6x5 meter itu. Ingar bingar dan lalu lalang pelanggan di rumah bordil tak menghalangi keduanya untuk terus bercerita tentang perjalanan hidup.

Setelah mengungkapkan alasan mereka terun ke dunia hitam, Ana dan Novi pun kembali bercerita tentang kehidupan spiritual mereka. Meski menjadi PSK, kedua wanita ini mengaku tetap takut akan dosa. Tapi lagi-lagi, mereka tidak memiliki pilihan lain untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi.

Tuhan sayang kami

"Meski kami menjadi lonte Mas, kami tetap meyakini Tuhan itu sayang sama kami, dia mahatahu dan adil, makanya di sini kami selalu mendirikan shalat wajib, ayah (sebutan untuk mucikari) selalu mewajibkan kami shalat lima waktu. Dia sering mengontrol kadang mengajak kami shalat berjemaah," kata Novi.

Ibu satu anak ini mengaku, kebiasaan shalat lima waktu sudah menjadi bagian penting bagi para PSK di rumah bordil itu. Meski demikian, ada satu shalat yang kerap mereka tinggal, yakni subuh.

"Kami kadang tidak shalat subuh karena sudah mabuk berat atau letih karena melayani tamu hingga empat orang satu malam, jadinya subuh jadi lewat," kata Novi.

Selain wajib shalat, mereka juga diminta oleh sang germo untuk mengaji minimal satu kali dalam satu minggu. Memang, tidak ada hukuman bagi PSK yang tidak melakukannya. Namun, seperti yang dikatakan Ana, ayah sering mengontrol mereka saat jam shalat. "Akhirnya menjadi biasa mendirikan shalat," ujar Ana sambil menenggak minuman yang ada di depannya.

Himawan, mucikari di rumah bordil yang merangkap sebagai Ketua RT 8, Kelurahan Sumber Jaya, pernah berbincang dengan Kompas.com dalam kesempatan lain. Kala itu, Himawan menyatakan, tingginya antusias para PSK mendirikan shalat bisa menjadi indikator bahwa wilayah itu memerlukan masjid. 

"Kami telah usul dengan Wali Kota agar di sini didirikan masjid dan disediakan satu imam khusus yang didatangkan dari Kota Bengkulu. Kami telah menyediakan tanah 30x30 meter persegi, juga kami butuh pendidikan anak usia dini (PADU) karena jumlah anak-anak bisa mencapai puluhan orang," kata Himawan.

Novi dan Ana adalah dua dari 300-an pekerja seks yang mencari nafkah di lokalisasi ini. Pemerintah setempat menyebut kawasan ini sebagai wilayah eks-lokalisasi karena memang sempat ditutup beberapa waktu silam. Namun faktanya, geliat bisnis prostitusi di tempat ini terus bergulir deras.  (Bersambung)

***

Baca Juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com