Menurut Ketua Tim Tanggap Bencana Gunung Tangkuban Parahu dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hetty Triastuti, meskipun pada stasiun pengamatan kawah ratu terdapat satu unit CCTV, alat pengantar sinyal berupa repeater yang berada di puncak Tangkuban Parahu tidak bekerja secara maksimal.
"CCTV masih ada masalah di repeater-nya karena belum bekerja secara maksimal," kata Hetty saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu, Selasa (8/10/2013).
Karena belum maksimal, kata Hetty, petugas pengamat aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu harus bekerja ekstra keras. Pasalnya, petugas terpaksa harus bolak balik menuju kawah ratu yang berjarak sekira 2 kilometer ketika terjadi letusan hanya untuk melihat lontaran material vulkanik yang keluar dari dalam kawah.
"Tentu saja kita sangat membutuhkan CCTV untuk melihat aktivitas diatas (kawah). Soalnya kita sering datang terlambat waktu awal meletus," ujarnya.
Hetty menambahkan, kebutuhan pantauan visual melalui CCTV tersebut merupakan kebutuhan yang sangat mendesak saat ini. Selain untuk pantauan kawah siang hari, kata Hetty, CCTV tersebut berguna untuk mengetahui kondisi saat letusan yang sering terjadi malam hari.
"Kalau untuk pantauan malam hari menggunakan kamera khusus yang ada inframerahnya," jelasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.