Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walhi: 130 Sungai di Bengkulu Rawan Banjir Bandang

Kompas.com - 07/10/2013, 11:53 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis


BENGKULU, KOMPAS.com - Walhi Bengkulu mensinyalir terdapat 130 sungai dan anak sungai di wilayah itu rawan banjir bandang. Hal itu disebabkan menumpuknya material berupa tumpukan kayu di hulu sungai karena aktivitas penebangan liar dan perkebunan.

"Tingginya aktivitas penebangan hutan yang terjadi di hulu sungai menyebabkan bekas tebangan dibuang begitu saja ke sungai sehingga membentuk bendungan kayu-kayu bekas tebangan ini. Jika terjadi hujan deras maka akan terjadi banjir. Ditakutkan bendungan kayu itu jebol akan hanyut dan menghantam pemukiman penduduk di hilir sungai," kata Berlian, Direktur Genesis, salah satu lembaga anggota Walhi Bengkulu, Senin (7/10/2013).

Ia melanjutkan investigasi ratusan sungai itu dilakukan dalam waktu yang panjang kegundulan hutan terjadi di kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota.

Pembalakan liar yang terjadi di Provinsi Bengkulu masih cukup tinggi. Walhi juga menyampaikan kayu yang dilindungi itu diambil dari taman nasional dan hutan lindung. Berlian mengatakan, contohnya Sungai Manjunto di Mukumuko. Sungai itu kerap digunakan pembalak liar untuk mengangkut kayu dari hulu sungai ke hilir, sebelum dijual ke beberapa pengusaha kayu.

"Dalam satu tahun setidaknya ratusan kubik kayu jenis meranti merah keluar dari kawasan tersebut. Akibatnya hutan gundul dan sisa tebangan itu dibuang begitu saja ke sungai ini mengancam kehidupan ribuan masyarakat yang bermukim di hilir sungai," kata Berlian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com