Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panen Tembakau Gagal, Warga Pamekasan Eksodus ke Kalimantan

Kompas.com - 13/09/2013, 09:40 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Tahun ini, musim tembakau di Madura tidak bisa diharapkan lagi, karena hasil panennya tidak membawa keuntungan bagi petani, buruh tani dan pedagang tembakau sendiri.

Daun emas,-istilah orang Madura-, gagal panen akibat anomali cuaca sepanjang tahun. Tembakau petani banyak yang mengering. Kondisi itu membuat perputaran ekonomi di Madura mandek.

Petani yang biasanya panen besar kini hanya bisa berpangku tangan. Buruh tani yang biasanya bekerja sampai larut malam, kini menjadi pengangguran. Sedangkan pedagang tembakau kini beralih ke komoditas perdagangan lain.

Bagi petani dan buruh tani, ratusan dari mereka melakukan eksodus ke sejumlah daerah untuk mendapatkan pekerjaan. Di antaranya warga Kabupaten Pamekasan yang berasal dari Kecamatan Pakong, Kecamatan Kadur dan sebagian berasal dari Kecamatan Waru dan Batumarmar. Mereka berangkat ke Kalimantan secara bergelombang untuk memperbaiki taraf hidup mereka.

Di Kalimantan umumnya mereka akan bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit di mana banyak para tetangga warga tersebut yang sudah lebih dulu bekerja di Kalimantan.

Sucipto, warga Desa Kertagena Tengah, Kecamatan Kadur, Jumat (13/9/2013) mengaku akan bekerja di Kalimantan selama lima bulan ke depan. Tembakau yang ditanamnya empat bulan yang lalu mati, karena sering diterpa hujan.

Bahkan, Sucipto mengaku terlilit hutang sampai jutaan rupiah, untuk modal bertani tembakau beberapa waktu lalu.

Bekerja sebagai buruh tani di desanya, kadang tidak sebanding dengan biaya hidup yang harus ditanggungnya. "Anak saya dua orang semuanya sudah sekolah. Kalau saya tinggal di Madura apa yang mau diberikan kepada mereka untuk biaya sekolah dan biaya hidup keluarga saya sehari-hari. Kalau berdiam diri, utang akan terus membengkak," kata pria yang akan berangkat Minggu mendatang.

Sucipno pun mengaku tidak bisa bertahan di desanya karena keuntungan yang diperoleh dari hasil pertanian tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Apalagi, musim tembakau tahun ini gagal, sehingga para petani semakin menderita. Kalaupun harus menjadi buruh tani di desanya, maka hal itu tetap tidak seimbang dengan beban kerja yang berat.

"Saya punya tetangga biasa borong kerja di perkebunan sawit dan dia sukses di sana. Makanya saya mau berangkat ke Kalimantan, karena pekerjaan di sana lebih ringan dan hasil banyak. Beda dengan jadi buruh di sini, kerjanya berat, hasil sedikit dan kadang masih nunggak bayar," katanya.

Warga lainnya Hakim asal Desa Bajang, Kecamatan Pakong, bersama 24 warga lainnya juga akan berangkat ke Kalimantan dan sudah memesan tiket kapal laut. Di Kalimantan mereka akan bekerja sebagai buruh tambang batubara.

Tetangga Hakim yang dipandang sukses saat libur hari raya Idul Fitri kemarin pulang kampung. Setahun bekerja di Kalimantan, tetangga hakim itu sudah mampu kredit motor dengan gaji Rp. 3,5 juta sebulan.

Menanggapi hal itu, Khairul Kalam, Wakil Ketua DPRD Pamekasan mengaku belum mengatahui pasti jumlah warga Pamekasan yang eksodus ke Kalimantan. Meski demikian, ia meminta Pemkab Pamekasan segera menyikapi persoalan tersebut karena menyangkut kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah harus mengambil langkah-langkah solutif untuk meningkatkan kesejahteraan buruh dan petani dengan cara memperbaiki sistem pengupahan buruh dan sistem pertanian. "Perbaikan sistem pertanian bisa dilakukan dengan mencari variasi tanaman yang cocok dengan lahan pertanian Pamekasan, diminati petani serta mendatangkan hasil yang layak bagi petani agar mereka tidak mencari pekerjaan ke luar daerah," kata Khairul.

Politisi asal Partai Demokrat ini mengaku optimistis, jika permasalahan tersebut segera mendapat solusi, petani Pamekasan bisa menjalankan perannya sebagai petani dan kesejahteraannya terjamin.

Dengan demikian, para petani itu tidak akan eksodus ke luar daerah karena kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com