Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian Warga Ngotot Karapan Sapi dengan Kekerasan

Kompas.com - 10/09/2013, 15:54 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis


PAMEKASAN, KOMPAS.com - Karapan sapi Piala Presiden yang rutin digelar setiap tahun di pulau Madura, tahun ini pecah dua kelompok. Kelompok pertama tetap menginginkan karapan sapi dengan kekerasan (rekeng dalam bahasa Madura), dan kelompok kedua karapan sapi tanpa kekerasan.

Karapan sapi tanpa kekerasan diprakarsai langsung oleh Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, sedangkan karapan sapi dengan kekerasan diprakarsai oleh para pemilik sapi karapan se-Madura.

Muhamamd Zahri, pendukung karapan sapi dengan rekeng mengatakan, belum saatnya menghapus karapan sapi tanpa kekerasan. Sebab masih banyak pemilik sapi karapan yang enggan meninggalkannya. Selain itu, pemerintah terlalu tergesa-gesa untuk menghapus karapan sapi tanpa kekerasan.

“Butuh waktu untuk menggelar karapan sapi tanpa rekeng. Setidaknya lima tahun ke depan baru bisa digelar karapan tanpa kekerasan. Jika dipaksakan karapan sapi tanpa kekerasan, maka di bawah tidak akan kondusif,” kata Zahri kepada Kompas.com, Selasa (10/9/2013).

Lebih lanjut Zahri menjelaskan, meskipun pemerintah akan menggelar karapan sapi tanpa kekerasan, maka pemilik sapi karapan akan menggelar sendiri dengan tetap menggunakan label Piala Presiden. Bahkan paguyuban pemilik sapi karapan Madura, sudah melakukan seleksi di masing-masing kecamatan di empat Kabupaten di Madura.

Sementara itu, Edy Santoso, Kepala Bakorwil IV Pamekasan saat dikonfirmasi melalui Sekretarisnya, Budiono mengatakan, karapan sapi tanpa kekerasan sudah berdasarkan instruksi Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. Sehingga karapan sapi Piala Presiden tanpa kekerasan, akan tetap digelar.

“Persiapan kami sudah matang dan tidak mungkin untuk digagalkan. Jadi karapan sapi Piala Presiden tetap tanpa kekerasan. Jika ada karapan sapi yang menggunakan kekerasan, itu bukan Piala Presiden, tetapi hanya kompetisi biasa yang dilakukan warga,” kata Budiono.

Sekadar diketahui, karapan sapi menggunakan kekerasan adalah sepasang sapi diadu kecepatannya dengan pasangan sapi lainnya. Untuk menambah kecepatan sapi, seorang joki menggoreskan paku di bagian bokong sapi hingga terluka dan bahkan mengeluarkan darah. Tidak hanya itu, pemilik sapi karapan juga mengoleskan balsem di bokong sapi agar larinya sapi semakin trengginas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com