Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LPA Garut Minta Tarik Buku Bahasa Indonesia Sarat Makian

Kompas.com - 31/08/2013, 21:17 WIB
Kontributor Garut, Syahrul Munir

Penulis

GARUT, KOMPAS.com - Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Garut, Jawa Barat, Nitta K Wijaya menyatakan khawatir beredarnya buku mata pelajaran Bahasa Indonesia yang memuat cerita pendek penuh makian di sejumlah sekolah di Garut. Teks verbal kosakata kasar, ungkap Nita, bisa membekas dalam ingatan anak-anak, dan lebih jauh bisa mendorong perilaku arogan pada anak-anak.

"Teks verbal kata-kata kasar kalau dibaca anak-anak bisa membekas. Anak-anak yang cenderung suka meniru akan bisa bertindak arogan," kata Nita dihubungi via telepon selular, Sabtu malam (31/8/2013) malam.

Pihaknya mengapresiasi orangtua siswa yang menemukan kejanggalan buku itu, namun sekaligus menyayangkan pelaku pendidikan yang lengah. "Bagus orangtua sampai tahu apa yag dibaca anak. Lantas jadi pertanyaan, bagaimana fungsi Disdik dan guru-guru bagian kurikulumnya? Wajib ditarik dari peredaran," ungkapnya.

Sementara itu, Ma'mun Gunawan, orangtua siswa yang melaporkan kasus itu ke Dinas Pendidikan Garut mengatakan, keseluruhan cerita yang dibangun dalam cerpen Gerhana karya Muhammad Ali tersebut juga bisa menimbulkan persepsi yang keliru terhadap aparatur pemerintahan.

"Jadi ceritanya itu Sali yang tanamannya dirusak orang lapor ke lurah. Di sana ia tidak ditanggapi dan diminta ke camat. Sampai dicamat dibilang, saya tidak mengurusi hal-hal kecil. Laporlah ke polisi, di sana pula ia dihardik habis-habisan. Ini kan bisa menimbulkan persepsi dan sikap antipati generasi kita pada pemerintah?" jelas Ma'mun yang juga sekretaris KNPI Garut itu.

Selain kekahawatiran tersebut, lebih jauh Ma'mun juga menyimpulkan materi cerpen berbahasa melayu itu juga sarat dengan perbuatan musyrik, terutama pada bagian akhirnya. "Ending-nya ditulis: 'Sali pingsan dan tak bangun lagi meski didatangkan dukun dan dibacakan mantra-mantra serta air penawar yang diguyurkan di ubun-ubunnya'," jelas Ma'mun.

Sebagai orangtua siswa, pihaknya sangat menyayangkan kecerobohan pemerintah meloloskan buku tersebut di tengah-tengah pemberlakuan kurikulum 2013. "Kontraproduktif dengan tujuan kurikulum 2013 yang bertujuan membangun karakter siswa yang berkepribadian dan bersumber pada budi pekerti, moralitas agama dan budaya bangsa. Sangat ceroboh," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com