Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berebut Lahan Garam, Petani Cabuti Kincir Angin

Kompas.com - 26/08/2013, 15:38 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis


PAMEKASAN, KOMPAS.com - Sengketa lahan garam antarpetani Desa Pandan, Kecamatan Galis, Pamekasan, Jawa Timur, diwarnai dengan aksi pencabutan kincir angin pengangkut air milik petani lainnya, Senin (26/8/2013).

Ada lima kincir angin milik petani yang diserobot oleh petani lainnya karena masing-masing mengklaim sebagai penggarap lahan yang sah.

Salah satu yang mengklaim sebagai penggarap lahan yang sah yakni As'adi. As'adi menyuruh tiga orang mencabuti kincir angin milik Zainullah, Rehadi, Suhemi, Ahmad Jumali dan Slamet. Bahkan As'adi berencana akan mencabuti tiga kincir angin lainnya karena dianggap tidak sah menggarap lahan garam yang disewa As'adi dari PT Garam Pamekasan.

"Lima orang ini adalah pekerja saya dan mereka tidak patuh kepada saya, sehingga saya cabuti kincir anginnya," ungkap As'adi.

Kincir angin yang dicabuti itu kemudian diangkut menggunakan perahu untuk diamankan di kantor desa setempat. Menurut As'adi, jika pemiliki kincir angin itu mau mengambilnya, dia mempersilakan mereka mengambil sendiri ke balai desa setempat.

"Saya hanya minta agar lima orang itu bekerja dengan baik kepada saya. Sebab saya sudah membayar sewa lahan kepada PT Garam," imbuhnya.

Sementara itu Zainullah, pemilik kincir angin yang dicabut ketika dikonfirmasi mengaku tidak pernah bekerja kepada As'adi. Sebab lahan itu bukan hasil sewa As'adi kepada PT Garam, melainkan lahan yang sudah diberikan hak kelolanya oleh PT Garam kepada petani sejak tahun 2002 lalu. Jadi petani yang sudah diberikan hak kelolanya bebas untuk menggarapnya.

"As'adi hanya main klaim saja. Dia statusnya sama dengan kita sebagai pengelola lahan garam dimana status tanah itu saat ini masih belum selesai. Sementara seluruh petani yang menempati lahan itu, masih diberikan hak kelola oleh PT Garam," kata Zainullah.

Dengan dicabutnya kincir angin tersebut, As'adi sudah menyiapkan orang lain yang siap bekerja sesuai keinginannya. Namun bagi Rehadi, petani garam lainnya yang kincir anginnya dirusak, tidak mau tinggal diam. Rehadi akan tetap menggarap lahan tersebut apapun konsekwensinya.

"Walau harus nyawa taruhannya, kami akan mempertahankan tanah hasil perjuangan leluhur kami yang sudah direbut oleh Belanda dan diserahkan kepada PT Garam," ungkap Rehadi.

Rehadi sendiri berencana akan melaporkan pencabutan kincir angin tersebut kepada Polisi. Sebab hal itu merupakan perusakan. "Kalau dicabut dan dipindah dari tempatnya itu namanya perusakan. Maka As'adi dan tiga orang yang mencabutnya akan kami laporkan ke polisi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com