Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog Sosial: Tes Keperawanan Berdampak Buruk pada Anak

Kompas.com - 20/08/2013, 14:38 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com — Adanya wacana tes keperawanan untuk siswi sekolah menengah atas (SMA) dinilai justru akan memberikan efek buruk pada sisi kejiwaan anak-anak, antara lain adanya stigma bahwa anak tersebut dinyatakan sudah tidak perawan.

Psikolog sosial Universitas Diponegoro (Undip) Ahmad Mujab Masykur mengatakan, stigma tersebut justru akan memperburuk kondisi anak-anak dan menghambat potensi mereka.

"Dengan label itu sangat ada kemungkinan mereka merasa down karena terbongkarnya privasi," katanya, Selasa (20/8/2013).

Selain itu, ungkapnya, tes keperawanan akan menjadikan anak bertingkah lebih brutal. "Bisa saja berpikir karena sudah terlanjur, ya sudah perilakunya justru lebih parah. Ini yang berbahaya," katanya.

Ia mengatakan, jika keperawanan itu dinilai dari robeknya selaput dara,  bisa diakibatkan dari berbagai macam hal, seperti kecelakaan, olahraga, dan lainnya.

"Dan tentunya dari aktivitas seksual, tapi menurut saya apa pentingnya tes semacam ini, buat apa?" tambahnya.

Jika hal itu dikhawatirkan karena adanya pergaulan bebas, menurutnya, yang perlu diperhatikan justru pencegahan melalui pendidikan moral, etika, dan budaya. Keluarga, menurut Ahmad Munjab, menjadi yang utama untuk memperkuat benteng moral bagi anak-anak.

"Daya tangkal ini yang harus diperkuat dari keluarga, dan ini yang sekarang semakin pudar. Jadi tidak perlu repot-repot dengan tes semacam itu yang tidak penting," tandasnya.

Ia mengatakan, usia remaja seperti SMA memang usia tumbuh kembang yang membutuhkan perhatian. Sayangnya, justru banyak pemahaman seksual yang didapat dari rekan atau orang lain.

"Padahal seharusnya, pemahaman soal menstruasi, misalnya, harusnya didapat dari ibu, atau dari keluarga. Tapi sekarang justru banyak yang dari orang lain," jelasnya.

Senada, anggota Komisi D DPRD Kota Semarang Anang Budi Utomo mengatakan, tes semacam itu justru menghambat potensi anak. Sebab, robeknya selaput dara bukan hanya dari aktivitas seksual. Tes semacam itu, menurutnya, tidak penting.

"Dasarnya apa? Dan apakah tidak melanggar HAM? Kalau menurut saya, yang terpenting langkah preventif, pendidikan moral dengan kasih sayang. Kalau memang tes ini dilakukan, menurut saya masalah yang timbul justru akan semakin banyak," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com