Mereka akan menjual ginjal masing-masing karena surat permohonan penundaan Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP) yang mereka ajukan ditolak.
Aksi mahasiswa dimulai dari depan gedung kuliah bersama dilanjutkan ke beberapa gedung fakultas dan finis di depan gedung rektorat. Mereka membawa poster bertuliskan "Saya mahasiswa UB berniat menjual ginjal demi lanjut kuliah".
Kepada Kompas.com, Ahmad Syaifuddin Zuhri, perwakilan mahasiswa yang bermasalah dengan SPP, menjelaskan bahwa ada puluhan mahasiswa yang siap menjual ginjalnya demi membayar SPP.
"Kita ditolak meminta surat penundaan yang ditolak karena sudah ada SK Rektor UB terkait pemberhentian penundaan SPP UB," katanya.
Mahasiswa lainnya, Megawati dan Galih Putra, juga siap menjual ginjal. Menurut Galih, dia pernah diterima di program Bidik Misi. "Namun, tiba-tiba digagalkan, tanpa ada pemberitahuan," kata Galih, mahasiswa FISIP UB.
Galih mengaku sudah mengajukan penundaan pembayaran, tetapi ditolak karena sudah ada SK Rektor UB itu. "Jika tidak melunasi SPP atau tidak membayar KRS, harus terminal dulu. Itu sudah opsi terakhir dari pihak rektorat," katanya.
Galih dan mahasiswa lainnya sudah mengajukan surat penundaan pada Senin (19/8/2013) kemarin. Namun, jawaban pihak rektorat adalah jika tidak bisa membayar SPP, mereka diminta meminjam ke bank.
"Hal itu yang menjadi kami tersakiti. Hal itu malah bukan meringankan kami karena bunga bank sangat besar, dari 0,3 sampai 15 persen," katanya.
Galih mengatakan, banyak mahasiswa FISIP UB yang bernasib sama dengan dia. "Penundaannya ditolak," akunya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.