Rakit bambu seluas 30 meter persegi diisi oleh puluhan orang yang terdiri dari para sesepuh desa, perangkat desa, grup paduan suara, dan pasukan pengibar bendera. Sementara ratusan warga, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, berdiri rapi di bibir situ sesuai urutan RT/RW masing-masing.
"Kegiatan ini baru pertama kali dilakukan. Tujuannya untuk menanamkan jiwa nasionalisme, khususnya kepada generasi muda, sekaligus mengenalkan wisata Situ Bagendit," kata Nandang S, ketua panitia.
Seluruh biaya dan persiapan upacara di Situ Bagendit itu, kata Nandang, dilakukan secara swadaya oleh warga Kiara Lawang. Para petugas upacara berasal dari siswa SD, SMP, dan SMA Karya Muda yang berlokasi di Kampung Kiara Lawang.
Dari pantauan Kompas.com, upacara di atas rakit tersebut berjalan secara khidmat meski sempat diwarnai insiden ketika anggota Paskibra berjalan mendekati tiang bendera.
Rakit yang dipijak sempat tenggelam semata kaki lantaran beban yang tidak seimbang. Namun, posisi rakit kembali normal setelah grup paduan suara di sisi kiri rakit bergeser sedikit ke pinggir.
Sementara itu, salah seorang warga, Rosida (45), mengaku senang dengan kegiatan tersebut dan berharap dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya. "Begini bagus, tahun depan maunya terus ada," katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.