Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toleransi di Kaimana Lahir dari Pandangan Agama Keluarga

Kompas.com - 12/08/2013, 22:15 WIB
Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono

Penulis

KAIMANA, KOMPAS.com – Penyebaran ajaran Islam di Kaimana, Papua Barat sejak masuk awal abad XV di Borombouw, berkembang sangat pesat. Adanya kesamaan ajaran Islam dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat asli, menjadi alasan ajaran Islam mudah diterima.

“Contohnya pasangan yang belum menikah tidak boleh tinggal serumah sebelum hubungan mereka diresmikan dalam pernikahan. Karenanya ajaran Islam memperjelas dan mempertegas apa yang dipahami masyarakat asli,” kata Umar Sabuku, Mangkubumi Kaimana, belum lama ini.

Menurut Umar, saat agama Islam masuk dengan aturan, masyarakat asli kemudian terbagi, ada yang memilih menganut ajaran islam dan ada pula yang tetap menganut kepercayaan lama dengan tradisi memakan binatang yang diharamkan oleh ajaran Islam.

“Dalam satu marga warga asli ada yang menganut keyakinan berbeda, karena sejak awal penyebaran ajaran Islam tidak ada paksaan. Tidak ada gesekan dengan perbedaan keyakinan ini karena masih ada hubungan kekerabatan, serta adanya peranan Raja Sran Kaimana yang menjembatani perbedaan keyakinan ini,” urai Imam Masjid Nurul Falah Kampung Bumi Surmai, Kaimana.

Hal Senada juga diungkapkan peneliti LIPI, Muridan Widjojo bahwa masyarakat asli Kaimana sudah terbiasa hidup dalam keluarga dengan keyakinan yang berbeda. “Karena itu muncul istilah agama keluarga,” ungkap Muridan.

Dijelaskan Muridan, meski di wilayah Kaimana terdapat dua Kerajaan Islam yakni Kerajaan Sran Eman Muun (Kerajaan Sran Kaimana) dan Kerajaan Namatota namun tidak serta merta Islam menjadi kepercayaan dominan penduduk setempat.

Menurut Muridan, Raja pada dua kerajaan ini tidak memiliki pengaruh yang efektif dalam penyebaran Islam karena belum mengalami pelembagaan dan hanya sebatas identitas nominal.

“Pelembagaan Agama Islam baru berlangsung sekitar tahun 1950-an bersamaan pendirian institusi pendidikan seperti madrasah. Itu pun mati-hidup,” kata Muridan yang pernah meneliti tentang Penyebaran Islam di Maluku dan Papua.

Berbeda dengan penyebaran agama Kristen yang masuk bersama Belanda di awal abad XX, khususnya melalui pendidikan. Kondisi masyarakat yang pragmatis pada saat itu, dan karena Pemerintah Belanda memberikan pelayanan pendidikan, kesehatan, mengakibatkan agama Kristen juga menyebar luas.

Namun adanya perbedaan yang sudah berlangsung lama di Kaimana, justru melahirkan toleransi di antara warga penganut keyakinan berbeda, karena masih kuatnya kekerabatan penduduk asli.

Ketua Nahdatul Ulama Kabupaten Kaimana, Muhamad Lakotani juga mengakui kuatnya toleransi antarumat beragama di Kaimana khususnya warga asli karena masih kentalnya rasa kekeluargaan.

“Misalnya marga Warfete ada yang Muslim ada juga Kristen, dan yang seperti ini banyak di Kaimana. Kalau ditarik ke atas mereka masih keluarga. Faktor perkawinan juga mempengaruhi kemajemukan ini,” kata Lakotani yang juga ketua Majelis Muslim Papua.

Menurut Lakotani toleransi umat beragama di Kaimana bisa terlihat pada saat perayaan hari besar keagamaan ataupun hajatan tertentu. Lakotani mencontohkan kepanitiaan MTQ ke-4 yang diadakan di Kaimana tahun 2012 lalu.

“Panitianya tak hanya umat Muslim tapi juga dari Kristiani. Bahkan yang menyanyikan mars MTQ adalah tim Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi) Kabupaten Kaimana,” ungkap Lakotani.

Toleransi yang tumbuh di Kaimana, menurut Lakotani, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dan sudah berlangsung sangat lama. Meski sempat beberapa kali dilanda isu SARA, akibat gesekan di tengah masyarakat, namun dapat dengan cepat diatasi karena semua pihak sadar untuk menjaga toleransi.

Komunikasi antarpimpinan umat beragama di Kaimana, menurut Lakotani, berjalan sangat baik melalui Forum Komunikasi yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Kaimana. Namun, sebelum forum itu terbentuk komunikasi antarpimpinan umat beragama, tokoh adat dan tokoh masyarakat juga sudah berlangsung secara informal sejak dulu sebelum Kabupaten Kaimana dimekarkan dari Kabupaten Fak-Fak. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com