Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Bekas Gudang Uang VOC yang Jadi Museum Batik

Kompas.com - 06/08/2013, 10:23 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


PEKALONGAN, KOMPAS.com
- Sebuah gedung peninggalan Belanda berdiri kokoh di Jalan Jatayu, Pekalongan, Jawa Tengah. Yang tidak tahu tentu mengira bangunan itu merupakan kantor pemerintahan masa lalu yang bertahan hingga ini.

"Selamat datang di Museum Batik Pekalongan," kata Eka Fitria, seorang perempuan muda  menyambut Kompas.com yang masuk gedung tersebut akhir Juli lalu.

Hanya dengan tiket masuk sebesar Rp 5.000, pengunjung bisa menikmati museum yang memiliki koleksi lebih dari 1.000 batik dari seluruh Nusantara dan mancanegara itu. Eka, dan pemandu-pemandu lainnya, ramah siap menjelaskan apa saja yang ingin diketahui pengunjung tentang museum itu.

Eka menjelaskan, bangunan museum dibangun oleh VOC pada tahun 1906 sebagai kantor keuangan sekaligus tempat penyimpan uang pabrik gula. Setelah Belanda terusir dari Indonesia, bangunan seluas 3.675 meter persegi itu beralih fungsi.

"Tahun 2006 sampai sekarang bangunan ini pun resmi digunakan sebagai museum batik," ujar Eka, yang sudah tiga tahun menjadi pemandu di museum tersebut.

Dikatakan Eka, tak ada konstruksi atau arsitektur gedung yang berubah. Pengelola hanya menambah sebuah ruang seluas 5x3 meter untuk bengkel kerja pembatik atau pengunjung yang belajar.

Sebuah bunker yang dulunya digunakan untuk tempat penyimpanan uang, kini tetap dipakai sebagai tempat penyimpanan koleksi batik tua. Batik SBY sampai Batik Papua ditampilkan di tiga ruang pamer di museum tersebut.

Ruang pamer pertama, berisi koleksi batik khas Pekalongan dan Cirebon. Ruang kedua, khusus batik Nusantara, yakni mulai dari Bengkulu, Kalimantan hingga Papua. Sedangkan ruang pamer yang ketiga, khusus menampilkan batik Yogyakarta dan Surakarta.

KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA Seorang petugas melakukan proses pencucian batik di Museum Batik yang terdapat di Jalan Jetayu, Pekalongan, Jawa Tengah, Minggu (4/8/2013). Dengan biaya sebesar Rp 5.000 para pengunjung dapat mengetahui sejarah batik di Indonesia dan juga diajarkan teknik pembuatan batik.
Eka menjelaskan, batik-batik tersebut didapat dari berbagai sumber. Ada batik yang dihimpun dari masyarakat. Biasanya, batik itu sudah berusia ratusan tahun.

Ada batik karya pelukis atau pembatik yang dihibahkan ke museum. Dan ada juga batik yang merupakan pemberian dari pejabat tinggi, seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, dan lain-lain.

"Tapi, untuk menjaga kualitas, batik yang berumur ratusan tahun dibikin replikanya dan dipamerkan, aslinya disimpan di bunker. Batik yang lain juga diganti-ganti setiap setahun," lanjut Eka.

Belajar membatik

Saat mengunjungi Museum Batik Pekalongan ini, pengunjung tidak hanya bisa menikmati keindahan batik. Mereka juga bisa belajar membatik di bengkel kerja batik. Empat membatik muda siap mengajarkan cara membuat batik tulis.

Salah satunya adalah Shinta yang mahir membatik sejak berusia 15 tahun. Belajar membatik dari nenek dan ibunya, Shinta yang kini berusia 22 tahun, berkomitmen meneruskan tradisi membatik.

"Tugas saya ya mengajari pengunjung membatik. Ada 12 tahap membatik, mulai dari buat polanya sampai pembersihan malam, tapi di sini hanya sebatas pembuatan pola dan menulis batik," jelas Shinta.

Shinta mengatakan, pekerjaannya di museum batik ini adalah wujud kecintaannya pada batik secacara keseluruhan. Di luar pun, dia tetap mengerjakan batik halus untuk dijual.

Selain melestarikan batik tulis, Shinta mengaku keuntungan yang dihasilkan dari kecintaannya itu sangat memuaskan. "Ada yang laku Rp 500.000, ada yang Rp 600 000, ya lumayan untuk bantu-bantu," ujarnya.

Pada tahun 2009, Museum Batik Pekalongan mendapat dua penghargaan dari badan PBB Unesco. Pertama, penghargaan atas batik Indonesia yang diakui sebagai warisan budaya dunia bukan benda. Penghargaan kedua adalah untuk pelatihan terbaik membatik bagi para pengunjung.

Murah, namun kaya informasi. Itulah kesan yang didapat usai mengunjungi Museum Batik Pekalongan. Tidak ada salahnya untuk mengajak keluarga atau sahabat mengunjungi sambil belajar tentang batik, warisan budaya Indonesia yang tidak ada duanya itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com