Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garuda Wisnu Kencana Dijamin Antisambaran Petir

Kompas.com - 24/07/2013, 08:06 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com
- I Nyoman Nuarta, seniman dan desainer patung tembaga raksasa Garuda Wisnu Kencana mengatakan, mahakarya senirupa setinggi 226 meter di atas permukaan laut tersebut dijamin antisambaran petir.

Menurut Nuarta, meski diselimuti tembaga murni yang merupakan pengantar listrik (isolator) terbaik, namun karena luas GWK mencapai 22.000 meter persegi, mampu mengurai energi listrik dari petir menjadi lebih kecil.

"Patung inilah penangkal petir sebenarnya. Kita juga tambahkan ground (sambungan ke tanah) sehingga semakin kecil," kata Nuarta di Workshop Studio Nyoman Nuarta Jalan Setraduta Raya, Sarijadi, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Selasa (23/7/2013).

Kepastian patung tembaga raksasa tersebut dapat mengurai serangan petir dirasa sangat penting. Pasalnya, di bagian layer bawah dari GWK akan dibuat ruang kunjungan dengan kapasitas 700 orang.

"Proyek ini tidak bisa main-main, untuk itu saya undang ahli-ahlinya untuk menghitung-hitung," bebernya.

Selain itu, masih ada kendala lain yang dihadapi Nuarta ketika pengunjung masuk ke dalam GWK. Ketika dalam keadaan panas terik, kata Nuarta menambahkan, suhu didalam ruangan yang diselimuti tembaga tersebut bisa mencapai 60 derajat Celsius.

Namun Nuarta mengaku sudah bisa mengantisipasi hal tersebut. "Tembaga itu bisa mencapai 60 derajat celsius. Untuk itu kita pakai termal insulator untuk mengurangi panas," bebernya.

Pematung kelas dunia itu berharap, dengan penggunaan Termal Insulator bisa mengurangi panas hingga setengahnya. "Idealnya sih, 23 derajat Celsius," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, patung tembaga raksasa Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang sedikit demi sedikit menunjukkan progres positif, telah menjalani tes ketahanan terhadap terpaan angin di Melbourne (Australia) dan Toronto (Kanada).

Menurut seniman dan desainer GWK I Nyoman Nuarta, dengan tinggi keseluruhan mencapai 226 mdpl dan luas 22 ribu meter persegi, angin dipastikan menghantam dengan kuat dari berbagai arah.

"Kami sudah kaji di Melbourne untuk sistem terowongan anginnya. Kita perlu lakukan karena ini adalah bangunan statik. Untuk meyakinkan lagi, kita lakukan tes Wind Tunnel lagi di Toronto " kata Nuarta saat ditemui di Workshop Studio Nyoman Nuarta Jalan Setra Duta, Kecamatan Sukasari Kota Bandung, Selasa (23/7/2013).

Hasilnya, kata Nuarta, GWK mengalami beberapa modifikasi dari rancangan pertama. Salah satunya adalah penambahan ketebalan lembar-lembar tembaga di beberapa sisi, seperti pada ekor dan sayap garuda yang rentan terhadap tiupan angin.

Tak tanggung-tanggung, Nuarta menambah ketebalan lembaran tembaganya hingga 1 meter.
"Untuk itu dicari solusi bagaimana bisa tahan angin. Bentuk yang terlalu tipis harus dipertebal," ucapnya.

Selain itu, untuk menambah kekuatan GWK terhadap terpaan angin, Nuarta juga mengganti fondasi rangka tengah beton penampang GWK menggunakan batangan baja jenis H-beam. Hal tersebut diakuinya juga untuk mengurangi beban yang akan menumpuk di atas GWK jika tetap memakai beton.

"Kalau berat ke atas kita takut ada lekukan. Karena patung ini tinggi, kita juga menghindari crack oleh angin," paparnya.

Penggunaan baja H-Beam ditengah rangka GWK, lanjutnya, juga menambah sisi dinamis pada saat tertiup angin keras. Pasalnya, meski baja memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi, namun kekuatannya dijamin kuat untuk jangka waktu seumur hidup.

"Menara Eiffel saja 1 meter bergeraknya saat tertiup angin," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com