Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terduga Teroris Bohong Mengaku dari Klaten

Kompas.com - 23/07/2013, 18:55 WIB
TULUNGAGUNG, KOMPAS.com — Sapari, modin atau staf Kesejahteraan Rakyat Desa Penjor, Pagerwojo, Tulungagung, terseret dalam dugaan keterlibatan jejaring terorisme. Bagaimana lelaki dari pelosok desa di perbukitan itu mengenal Rizal yang disebut-sebut sebagai terduga teroris jaringan Poso?

Adik-adik kandung Sapari di Penjor, Suparti dan Siwi  Harini, tidak menyebut gamblang ihwal penghubung antara Sapari dan Rizal yang sudah bermukim di Penjor selama tiga bulan terakhir.

Mereka hanya menyebutkan, Rizal mengaku dari pesantren di Kediri, sebagaimana para dai sebelumnya yang bermukim di Penjor. Tidak adakah surat pengantar dari pesantren untuk santrinya yang ditugaskan mengajar di Penjor?

"Tidak tahu saya. Kalau kakak saya, Mas Sapari, orangnya kan berprasangka baik saja. Jadi, kalau ada dai ya diterima," ujar Suparti, adik Sapari.

Hal serupa dikatakan Siwo Harini yang meyakini Sapari tidak terlibat jaringan teroris. "Kakak saya tidak bersalah. Dia kerjanya ya modin," ujar Siwo Harini.

Namun, keterangan lebih terbuka justru datang dari Prambanan, dekat Yogyakarta, tempat tinggal adik kandung terakhir Sapari bernama Sumiati (30).

Saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (23/7/2013), Sumiati membenarkan informasi bahwa penghubung antara Sapari dan pesantren di Kediri itu sesungguhnya Meseri. "Pak Meseri itu dulu orang alim di Penjor. Dia yang menghubungkan kakak saya dengan pesantren di Kediri. Itu kira-kira 10 tahun lalu," kata Sumiati.

Menurut dia, sejak itu pesantren di Kediri yang tak jelas alamatnya itu mengirimkan santrinya secara rutin ke Penjor untuk menjadi dai. Dan, ternyata Sapari tidak lugu sebagaimana dikesankan oleh adik-adiknya yang di Penjor.

"Selama ini Mas Sapari mengecek rumah dai yang dikirim ke Penjor. Dia pernah mengecek sampai Pacitan," kata Sumiati.

Lantaran kadang mengecek rumah asal si dai, Sapari dan keluarganya akhirnya sangat akrab juga dengan keluarga si dai. "Cuman pas Mas Rizal ini kok dia tidak sampai mengecek," katanya, menyesali kakaknya yang juga tokoh Muhammadiyah di Penjor.

Namun, Sumiati yang justru berinisiatif mengecek identitas Rizal. Dari Prambanan, dia mengirimkan SMS kepada Rizal untuk menanyakan alamat asalnya di Klaten dengan alasan ingin silaturahim.

"Rizal bilang, rumah orangtuanya dekat Balai Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten. Tapi katanya, kalau di rumah namanya Edi. Sebetulnya saat itu suami saya sudah curiga karena kan banyak tersangka teroris yang ternyata dari daerah sekitar itu," kata Sumiati.

Sumiati dan suaminya lantas mendatangi alamat itu karena kebetulan dekat dari rumah mereka, kira-kira sebulan lalu. "Ternyata itu alamat fiktif. Saya sudah tanya ke perangkat desa dan banyak orang, tidak ada nama Edi dengan ciri-ciri seperti Rizal," katanya.

Padahal, lanjutnya, Rizal pernah cerita bahwa rumahnya pernah kebakaran dan ibunya merantau sebagai buruh migran. "Kejadian seperti itu kalau di desa kan pasti banyak yang tahu, masak kepala desa enggak tahu," ujarnya.

Sejak itu, dia yakin Rizal alias Edi sengaja menutupi sesuatu, tetapi dia enggan menyampaikan kepada kakaknya, Sapari. "Saya khawatir dibilang berburuk sangka saja," katanya.

Belum lama ini, Sumiati juga pulang ke Penjor dan bertemu Rizal yang santun. "Sebagai dai, dia kalau bertemu perempuan seperti saya ya menundukkan muka," ujarnya. Namun, Sumiati saat itu tidak sempat menanyakan alamat fiktif Rizal di Klaten.
 
Setelah kejadian penyergapan kemarin, Sumiati pun kaget bukan main. Langsung saja dia ingat lagi pada Meseri, penghubung Sapari dengan pesantren di Kediri.

"Masalahnya, Pak Meseri ini sudah pindah ke Kediri karena menikah dengan orang sana. Keluarganya di Penjor kalau ditanya alamatnya juga mengaku tidak tahu. Apa mungkin, coba?" kata Sumiati.
 
Sumiati pun berharap polisi tidak menjerat kakaknya karena memang tidak tahu-menahu soal jaringan Rizal. "Pak Meseri berarti juga perlu ditanya, kan?" ujarnya. (Yuli Ahmada/ Surya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com