Hal ini mengakibatkan lumpuhnya aktivitas warga. Harta milik warga, seperti kendaraan bermotor, pupuk, dan gabah, tidak bisa diselamatkan.
Meskipun demikian, sebagian besar warga memilih bertahan di rumah masing-masing sambil berharap banjir segera surut.
Banjir tahunan di Kecamatan Paleteang juga merendam jalan hingga menyebabkan arus lalu lintas terhambat.
Banyaknya sampah yang terbawa arus banjir dari perkebunan dan persawahan di sekitarnya menyebabkan sejumlah kanal dan saluran air tersumbat.
Menurut Anto, warga Madimeng, sungai dan kanal tidak bisa menampung debit air yang meningkat akibat tingginya curah hujan dalam 24 jam terakhir. Luapan air dari kanal dan sungai pun merendam sawah yang baru ditanami, serta merendam ribuan rumah di Paleteang, Madimeng, dan Corawali.
Menurut Anto, kanal-kanal dan saluran air sudah tidak memadai karena tidak pernah diperbaiki. Daya tampungnya pun sudah tidak sesuai dengan debit air, terutama pada musim hujan. Karena itu, daerah tersebut langganan banjir.
"Warga terpaksa mengungsikan barang berharga mereka seperti kendaraan atau padi ke tempat aman karena khawatir banjir masih akan terjadi mengingat curah hujan masih terus turun," ujar Anto.
Warga lainnya, Muhammad Amin, mengaku hanya bisa pasrah ketika luapan air mulai menggenang di rumahnya. Dia tidak sempat menyelamatkan barang-barang seperti sepeda motor, mobil, ataupun gabah yang disimpan di kolong rumah.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan