Jumlah itu merupakan kuota dari tahun 2011 sebanyak 300 unit dan tahun 2012 sebanyak 300 unit. Pembangunannya belum tuntas dikerjakan oleh kontraktor tanpa diketahui alasan yang pasti. Akibatnya, sejak akhir tahun 2012 lalu, banyak warga yang terpaksa tinggal di tenda. Sebab, rumah sebelumnya sudah dibongkar dengan harapan rumah baru segera berdiri.
"Ada tujuh kepala keluarga di Desa Banfanu, Kecamatan Noemuti, TTU yang terpaksa tinggal sementara di bawah terpal. Bahkan ada yang tinggal di rumah darurat sambil menunggu rumah mereka dikerjakan," terang Joni Salem, anggota DPRD TTU di Kefamenanu, Kamis (27/06/2013.
Joni mengatakan, bantuan rumah ini merupakan program pusat dengan sistem kerja membangun satu unit rumah baru senilai Rp 25 juta. Program ini sangat didambakan warga untuk segera dinikmati, namun kenyataannya malah terbalik.
"Dalam waktu dekat kita bisa panggil Satker (Satuan Kerja, red) yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan proyek MBR dengan tipe khusus itu, untuk memberi alasan kenapa pekerjaan dari kuota 600 unit, baru capai 10 persen saja," jelas Joni.
Joni berharap, Satker segera mengambil inisiatif agar warga tidak terus berada di tengah kesulitan. Sebab dia menduga peristiwa ini tidak hanya terjadi di Desa Banfanu, tetapi juga di daerah lain yang mendapat bantuan serupa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.