Trayek 19 yang melayani jurusan Pasar Bunder menuju Karangpelem, Kedawung, Sragen, terpaksa tidak beroperasi lagi alias gulung tikar. Hal tersebut diungkapkan salah satu sopir angkot di Sragen, Sukir (45).
"Untuk trayek 19 sudah tidak dipakai lagi oleh sebagian PO, mungkin hanya dua atau tiga armada saja yang lewat di jalur tersebut. Selain jauh, kenaikan BBM menjadi alasan utamanya," kata Sukir.
Kenaikan harga BBM juga membuat para pengusaha angkot menaikkan tarif angkot Rp 1.000. "Ya terpaksa kita naikkan menjadi Rp 4.000 agar bisa buat beli solar," kata Sukir.
Sukir menambahkan, kenaikan harga BBM tersebut membuat biaya operasional juga turut naik. Biaya operasional seperti bahan bakar, suku cadang, konsumsi kru bus dan sopir juga ikut naik. "Dulu dengan uang sekitar Rp 50.000- Rp 65.000 cukup, dan kita tinggal kejar setoran. Namun, sekarang minimal harus Rp 80.000 untuk operasional saja," kata Sukir.
Bagi penumpang, kenaikan tarif angkutan kota tersebut mengagetkan. Sebagian mengaku ditarik lebih dari Rp 4.000 oleh kernet bus. "Setahu saya naik Rp 4.000, tapi kernetnya bilang tolong ditambahin karena penumpang sepi. Saya kasih saja Mas," kata Sumiyatun, salah satu penumpang di trayek 19.
Seperti diberitakan, tarif angkutan kota di Kabupaten Sragen belum ada kepastian sehingga sopir terpaksa menaikan secara sepihak. Para sopir masih menunggu peraturan bupati yang mengatur tentang tarif angkot pascakenaikan harga BBM.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.