Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Kerusuhan akibat Miras, Kota Oksibil Masih Mencekam

Kompas.com - 18/06/2013, 04:16 WIB
Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono

Penulis

TIMIKA, KOMPAS.com — Aktivitas warga di Kota Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, belum kembali normal. Pada Minggu (16/6/2013), di kota ini terjadi kerusuhan massa yang berujung pembakaran Markas Kepolisian Resor Pegunungan Bintang dan puluhan kendaraan.

Menurut John, warga kota Oksibil yang dihubungi melalui telepon selulernya, Senin (17/6/2013), kota masih lengang. Warga masih takut keluar rumah. "Yang terlihat hanya beberapa aparat keamanan yang bersenjata lengkap berjaga di beberapa tempat," ujar dia.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Kombes I Gde Sumerta Jaya mengatakan, tim Polda Papua yang dipimpin Kapolda Papua Irjen Tito Karnavian bersama satu peleton pasukan Brimob berangkat ke Oksibil, Senin (17/6/2013) pagi. Menurut Gde Sumerta, tim Polda berupaya melakukan rekonsiliasi dengan warga setempat serta mengungkap peristiwa kerusuhan itu. "Belum ada yang diperiksa dan tim masih melakukan penyelidikan. Tim baru melakukan olah tempat kejadian perkara," imbuh dia.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, pembakaran Mapolres Pegunungan Bintang bersama puluhan kendaraan berawal saat Briptu AK berusaha menangkap Leo Almon, seorang warga yang sedang mabuk dan berusaha merusak sepeda motor milik AK. Saat penangkapan, terjadi perkelahian yang mengakibatkan Leo harus dilarikan ke rumah sakit.

Isu yang berkembang di masyarakat, Leo meninggal dunia akibat dianiaya anggota Polres Pegunungan Bintang. Isu ini memicu kemarahan 300-an orang warga Kampung Daboldi, Distrik Kolomdol, Kabupaten Pegunungan Bintang. Sekitar pukul 11.00 WIT ratusan orang bersenjata tajam tradisional kemudian menyerang Mapolres Pegunungan Bintang.

Bermula dari minuman keras

Minuman beralkohol alias minuman keras (miras) sering menjadi penyebab di balik aksi kekerasan yang marak terjadi di Papua. Meski demikian, pemerintah daerah dan aparat keamanan masih membiarkan peredaran luas miras. Berdasarkan data Kompas.com, pada Mei 2013 saja, terjadi tiga aksi kekerasan serius yang bermula dari mabuk miras.

Pada Jumat (10/5/2013), Apolon Kobogau, warga Kampung Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, ditemukan meninggal dunia di Kali Kabur. Menduga aparat kepolisian melakukan pembunuhan, 500-an warga Kampung Banti sempat "menyandera" Kapolsek Tembagapura AKP Sudirman bersama empat anggotanya.

Selain "penyanderaan", juga sempat terjadi keributan dengan aparat keamanan yang berujung perusakan sejumlah kendaraan. Belakangan ketahuan bahwa Apolon tewas setelah pesta miras di Ridge Camp, Mil 72. Fakta ini berdasarkan pengakuan Yanuar Omaleng yang mengatakan bahwa dia berpesta miras pada hari Apolon ditemukan tewas.

Yanuar ditangkap polisi karena membuat onar di Kampung Banti. Dia mengaku meninggalkan Apolon yang mabuk berat dan pulang ke Kampung Banti dengan menumpang mobil.

Sementara itu, di Kota Merauke, Kabupaten Merauke, Sabtu (11/5/2013), dua anggota Yonif 755 Yalet harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Merauke dalam kondisi luka parah. Mereka berdua dibacok warga yang sedang mabuk.

Dari keterangan Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letkol TNI Inf Jansen Simanjuntak, kejadian berlangsung sekitar pukul 17.30 WIT. Dua anggota Batalyon 755 Yalet itu berselisih dengan seorang warga berinisial LK di warung tempat penjual miras. LK yang membawa senjata tajam dan dalam kondisi mabuk langsung membacok Prada Meksan Tebo di bagian punggung leher serta Prada Roles di bagian bahu.

Pada hari yang sama, Sabtu (11/5/2013), kejadian serupa terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Dari keterangan Jansen, kejadian berlangsung sekitar pukul 20.00 WIT, ketika tiga personel Batalyon 756 Winame Sili dihadang oleh lima pemuda yang hendak memeras mereka.

Karena tidak mendapatkan uang yang diminta, kelima pemuda mabuk yang membawa senjata tajam langsung menyerang ketiga personel itu. "Anggota lari menyelamatkan diri, tapi terus dikejar kelima pemuda mabuk yang membawa senjata tajam," ujar Jansen.

Tembakan peringatan dari anggota Batalyon yang datang membantu pun tidak dihiraukan. "Ya, karena posisi terpojok dan penyerang terus maju terpaksa ditembak," jelasnya. Anton Koyoga, salah satu pemuda, tewas karena tembakan tersebut.

Tewasnya Anton sempat memancing amarah warga yang berkumpul di sekitar Kodim 1702 JWY Wamena. Namun, amarah warga dapat diredam setelah dilakukan pendekatan oleh aparat setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com