Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narkoba Rentan Menjamah Perokok

Kompas.com - 14/06/2013, 02:57 WIB

Jargon sederhana yang kerap tertera dalam baliho dan terpasang di depan bangunan sekolah tingkat menengah itu jarang diperhatikan. Padahal makna jargon itu mengena, terutama bagi generasi penerus bangsa.

Melihat remaja merokok semakin mudah saja. Mereka kini terangterangan merusak kesehatannya dengan merokok, baik di tepi jalan maupun di warung tempat mereka nongkrong.

Memprihatinkan memang. Tahukah kamu bahwa merokok menjadi pintu masuk ke pencandu narkotika dan obat berbahaya (narkoba)? Dokter Aisah Dahlan, Kepala Unit Narkoba Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri, Ciputat, menjelaskan, rokok yang mengandung nikotin memiliki zat adiktif seperti pada narkotika. ”Efeknya sama, yakni membuat pemakainya ketagihan,” kata Aisah. Para perokok biasanya juga lebih mudah menerima narkoba daripada mereka yang tidak merokok.

Hal itu juga tecermin dari hasil angket Litbang Kompas kepada para remaja. Para perokok lebih bisa menerima penggunaan narkotika daripada yang tidak merokok.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, usia pertama kali orang merokok di negeri ini kurang dari 20 tahun. Kelompok umur terbesar pertama kali merokok adalah usia anak baru gede alias ABG hingga awal kuliah antara 15 tahun dan 19 tahun.

Pintu masuk narkoba

Sebagian generasi muda telah mengonsumsi rokok sejak usia belasan tahun ketika duduk di bangku sekolah. Hal ini cukup memprihatinkan karena selain merusak kesehatan, kebiasaan merokok acap kali memuluskan jalan bagi penggunaan narkoba.

Pengakuan sebagian pelajar sekolah menengah atas (SMA) dalam survei Litbang Kompas, beberapa waktu lalu, mencerminkan hal tersebut. Satu dari dua pelajar yang pernah atau masih mengisap rokok ganja adalah juga perokok. Meskipun jumlah pelajar yang jujur mengakui bersentuhan dengan rokok ganja relatif kecil, sekitar 4 persen dari 952 pelajar yang menjadi responden, fenomena tersebut tetap harus diwaspadai.

Rokok ganja menjadi salah satu ”pintu masuk” narkoba di kalangan pelajar SMA, khususnya bagi mereka yang sudah akrab dengan rokok. Tak hanya di kota besar, rokok yang biasanya berisikan racikan daun ganja tersebut mudah dijumpai pula di daerah. Fauzan (16), pelajar salah satu SMA swasta di salah satu kota di Jawa Timur, mengatakan, beberapa teman sekolahnya tidak sekadar merokok biasa. ”Rokok mereka beda dengan yang biasa dijual di warung atau toko. Rokoknya lintingan kecil,” ujar Fauzan.

Tak jarang masuknya perokok ke narkotika berawal dari coba-coba ”rasa” baru dari merokok. Mereka kemudian mencampur rokok, misalnya, dengan sedikit ganja, salah satu jenis narkotika. Peralihan kebiasaan merokok ke narkotika dilakukan oleh seorang siswi sebuah sekolah di Jakarta.

”Rasanya memang beda dibandingkan dengan hanya merokok tembakau dicampur cengkeh,” ujar seorang siswi perokok yang kemudian memakai ganja. Ia yang mulai merokok kelas 11 SMA itu kini menjadi sulit memisahkan diri dari ganja.

Sumber Informasi

Sebenarnya narkoba bukan istilah asing bagi telinga sebagian besar pelajar SMA. Meski begitu, sekitar 6 persen pelajar dalam angket ini mengaku belum memperoleh informasi tentang narkoba berikut dampak dan bahayanya.

Dari mana sajakah pelajar SMA memperoleh informasi tentang narkoba? Sekolah ternyata menjadi medium yang paling kerap menyemai informasi soal narkoba. Media massa juga menjadi sumber informasi yang diakses mereka. Jaringan pertemanan juga menjadi jalur penyebar informasi tentang narkoba yang efektif di kalangan pelajar SMA.

Imbauan tentang bahaya narkoba dan larangan penggunaannya oleh pemerintah, kepolisian, dan pemuka agama yang terus-menerus disampaikan melalui berbagai media juga melekat dalam ingatan mereka. Peran keluarga justru tak terlampau besar dalam menginformasikan soal narkoba kepada pelajar SMA.

Tak heran sebagian responden yang tidak tinggal bersama orangtua—mereka tinggal dengan kerabat, indekos, atau di asrama pelajar—relatif lebih cepat terpapar informasi tentang narkoba.

Secara umum mayoritas pelajar SMA cukup memahami dampak dan bahaya narkoba. Mereka juga tahu bahwa menggunakan narkoba termasuk perbuatan melanggar hukum. Meski demikian, pada pelajar yang pernah atau masih merokok terekam sikap yang lebih permisif terhadap narkoba ketimbang mereka yang tidak merokok.

Hampir seluruh pelajar SMA meyakini penggunaan narkoba tidak dibenarkan dan dapat menimbulkan ketergantungan pada benda terlarang tersebut. Meski begitu, sebagian dari mereka yang merokok (lebih dari 18 persen) berpendapat, narkoba tidak masalah jika digunakan sesekali asalkan tak mengakibatkan kecanduan. Adapun yang bukan perokok (sekitar 7 persen) membenarkan pemanfaatan narkoba.

Sikap permisif dari sebagian pelajar SMA cukup mengkhawatirkan. Khususnya di kalangan mereka yang merokok, penerimaan pada narkoba cenderung lebih terbuka. Pihak sekolah dan keluarga harus memberikan perhatian khusus karena pelajar perokok lebih rentan menjadi sasaran narkoba. Kebiasaan merokok lebih mudah ”disusupi” unsur narkoba, misalnya melalui rokok ganja.

Selain sekolah dan keluarga, teman juga dapat menjadi ”pagar pelindung” dari narkoba. Sikap sebagian pelajar SMA lebih kurang serupa dengan Fauzan yang mengingatkan teman sekolahnya yang mengisap rokok lintingan. ”Aku ajak ngobrol sambil ngingetin kalau narkoba bisa ngerusak masa depan kita. Kasihan ortu yang sudah capek-capek nyekolahin kita kalau ujungnya kena narkoba,” kata Fauzan. (NURUL FATCHIATI/LITBANG KOMPAS/TRI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com