Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendagri Turunkan Tim Periksa Rektor IPDN

Kompas.com - 13/06/2013, 14:45 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) akan menerjunkan tim untuk mengusut tuntas kasus yang melibatkan Rektor IPDN I Nyoman Sumaryadi, terkait tuduhan penelantaran anak dan istri simpanan. Hal itu dikatakan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang ditemui usai acara pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Kamis (13/6/2013).

"Kemarin kami sudah menurunkan tim untuk memeriksa kebenaran tersebut," kata Gamawan Fauzi, saat ditemui di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung, Kamis siang.

Gamawan menambahkan, Kementerian Dalam Negeri sudah membentuk tim yang diketuai Sekjen Kemendagri untuk mengusut kasus itu. Tim itu bekerja sejak Rabu (12/6/2013).  "Waktunya minta dua hari tapi paling lambat rampung pemeriksaan 10 hari," ujar Gamawan.

Diberitakan sebelumnya, seorang perempuan bernama Susi Susilowati mengaku sebagai istri simpanan Rektor IPDN I Nyoman Sumaryadi dan mengklaim bahwa bayinya merupakan anak kandung Nyoman, Selasa (11/6/2013). Susi juga mengunggah video berjudul "IPDN Dimas Sumaryadi anak yang tidak diakui oleh Rektor IPDN Bandung" melalui Youtube.

Susi mengaku berani mengungkap hubungannya dengan Sumaryadi karena upaya baiknya tidak mendapat respons positif. "Saya memberanikan diri hanya untuk membuktikan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Terserah masyarakat menilai saya seperti apa," ujar Susi yang berderai airmata saat ditemui di Graha Inilah Pasim.

Menanggapi tuduhan itu, I Nyoman Sumaryadi mengatakan tidak merasa mencampakkan anaknya dari seorang perempuan bernama Susi. "Saya tidak tahu dan tidak merasa. Zaman demokrasi, orang bisa menyampaikan apa saja," kata Sumaryadi saat ditemui seusai kuliah umum di Kampus IPDN Jatinangor, Senin (10/6/2013).

Lebih lanjut, Sumaryadi menambahkan, dia malas untuk menanggapi isu-isu yang dikatakannya tidak benar itu. "Yang penting kami tidak menanggapi isu-isu yang tidak benar," dia menegaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com