Sebelumnya, Erdogan memberi batas waktu hingga Senin kepada pengunjuk rasa agar meninggalkan Alun-alun Taksim. Massa menduduki Alun-alun Taksim di jantung kota Istanbul selama 10 hari terakhir, berawal dari protes atas alih fungsi Taman Gezi, yang terletak di sebelah Taksim, menjadi pusat budaya dan perbelanjaan.
Namun, operasi itu hingga Selasa siang masih gagal membersihkan Alun-alun Taksim. Pengunjuk rasa yang sebagian besar berasal dari kelompok nasionalis sosialis sekuler bertekad bertahan di Taman Gezi, berapa pun harga yang harus dibayar. Demikian dilaporkan wartawan Kompas,
Di tengah serbuan mengejutkan pasukan antihuru-hara itu, demonstran masih berteriak ”Tayyip istifa, Tayyip istifa! (Tayyip mundur).”
Sementara itu, PM Erdogan di depan fraksi Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa kembali menuduh, kekuatan-kekuatan politik di negaranya membantu terjadinya kekerasan di Turki. Isu Taman Gezi disebutnya permainan besar untuk menghancurkan ekonomi dan menghentikan laju pertumbuhan ekonomi di Turki.
Erdogan mengakui, unjuk rasa di Alun-alun Taksim telah mengganggu perekonomian Turki. Tingkat hunian kamar hotel di sekitar Alun-alun Taksim merosot menjadi hanya 20 persen sejak meletusnya unjuk rasa.
Namun, Erdogan siap bertemu perwakilan pengunjuk rasa di Taman Gezi, Rabu ini, untuk membahas solusi krisis.
Operasi pasukan antihuru-hara yang berlangsung sekitar pukul 07.00 mengejutkan pengunjuk rasa yang berkumpul di dalam sejumlah kemah Taman Gezi. Pasukan yang mengenakan seragam hitam bergerak cepat mengambil posisi di sejumlah sudut Alun-alun Taksim dengan posisi siap bertempur.
Mereka serempak menembakkan peluru karet dan gas air ke berbagai arah. Suara tembakan terdengar sahut-menyahut dan kepulan asap menyelimuti Alun- alun Taksim. Suasana yang semula tenang berubah seperti perang. Hal itu menimbulkan kepanikan pengunjuk rasa yang baru terbangun, dan tidak dapat berbuat banyak untuk melawan.