Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Pelantikan Gubernur, Pendemo Buat Tulisan Bertinta Darah

Kompas.com - 11/06/2013, 12:36 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Sekitar 100 pendemo beratribut serba-hijau mengatasnamakan LSM Pemuda Mandiri Peduli Rakyat (PMPR), berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (11/6/2013). Mereka menuntut pemerintah untuk membatalkan pelantikan Gubernur Jawa Barat terpilih Ahmad Heryawan (Aher).

Untuk menunjukkan sikapnya, seorang pengunjuk rasa membuat tulisan dengan tinta darah yang diambil dari luka di tangan dan perutnya. Tulisan di selembar kain putih itu berbunyi "Darah Rakyat Haram Kau Hisap".

"Kami meminta Mendagri untuk membatalkan pelantikan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan karena kami menganggap dia tidak amanah menjalankan rakyat dalam tugasnya, dan kami siap menumpahkan darah demi memperjuangkan Jawa Barat," kata Sekretaris Jenderal PMPR Yahya ZA saat ditemui di sela-sela aksi.

Dalam aksi tersebut, para pengunjuk rasa membawa dua mobil bak terbuka yang mengangkut pengeras suara berukuran besar dan organ tunggal. Sebelum menyampaikan orasi, tak kurang dari tiga lagu mereka nyanyikan hingga bait terakhir. Lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu kebangsaan "Indonesia Raya" serta dua lagu berjudul "Darah Juang" dan "Buruh Tani" yang sempat dibawakan salah satu band punk, Marjinal.

Dalam aksi tersebut mereka meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut kasus dana kampanye Aher. Mereka juga menuntut Gubernur meminta maaf kepada rakyat dan para alim ulama secara langsung. "Karena setiap tahun itu dari bantuan negara di Timur Tengah untuk para alim ulama di Jawa Barat ternyata tidak pernah sampai. Gubernur hanya mementingkan kepentingan golongan," ujar Yahya dengan nada berapi-api.

Gubernur, lanjut Yahya, juga harus diperiksa dalam kasus Asian Development Bank (ADB) yang disalurkan kepada beberapa universitas negeri dan swasta di Jawa Barat. "Gubernur itu seharusnya dekat dengan rakyat, bukan dengan sekelompok orang," pungkas Yahya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com