Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Dieng Masih Kesulitan Beralih dari Kentang

Kompas.com - 09/06/2013, 05:16 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Memang, lanjut Kusman, pendapatan dari berdagang sama tidak menentunya dengan menanam kentang. Pendapatan Kusman dari berdagang baru terasa cukup besar saat akhir pekan atau di hari-hari libur saat puncak Sikunir dipadati pengunjung.

Profesi ganda juga dijalani Nuryadi yang mengelola salah satu penginapan di Dieng Kulon. Bapak tiga anak ini mengelola home stay sederhana dengan empat kamar ini sejak 2004 lalu. Namun, dia mengaku belum bisa menggantungkan hidupnya dari mengelola penginapan itu.

“Saya masih bertani kentang juga. Sebab, penghasilan dari home stay ini juga belum mencukupi. Tapi kini 60 persen pendapatan sudah bisa dipenuhi dari home stay,” kata pria asli Dieng itu.

Terus merosotnya kondisi para petani Dieng ini disadari sepenuhnya Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Namun, hingga kini pemerintah belum berhasil menemukan cara untuk mengganti kentang dengan tanaman produksi lain yang lebih ramah lingkungan.

“Kentang selain menyebabkan kondisi lahan kritis, juga mengandung pestisida yang sangat tinggi. Petani Dieng sudah berlebihan memberi pestisida untuk tanamannya," kata Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno.

Sayangnya, lanjut Hadi, sejauh ini belum ada tanaman pengganti kentang yang nilai ekonomisnya menyamai kentang.

“Jika ada tanaman pengganti kentang yang nilai ekonomisnya sama, saya rasa petani tidak sulit diajak mengganti tanamannya,” ujar Hadi.

Hadi menambahkan, sektor pariwisata yang juga terus menggeliat di Dieng diharapkan bisa menjadi sumber pendapatan utama warga Dieng di masa depan.

“Pariwisata prospeknya cerah. Contohnya, di Dieng Kulon, pada 2004 baru ada empat home stay. Tapi sekarang di Dieng Kulon saja sudah ada 36 home stay, belum di tempat-tempat lain,” Hadi menegaskan. (bersambung)

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com