Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buah Simalakama Dieng Bernama Kentang

Kompas.com - 07/06/2013, 19:58 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

"Dulu di lahan kurang lebih dua hektar saya bisa mendapatkan panen 10 ton kentang. Namun kemudian, hasilnya terus menyusut hingga hanya mendapatkan 2 ton saja," kata Isnurhadi (40), petani di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

"Saya kapok tanam kentang. Belakangan saya sering rugi. Banyak petani yang harus berutang modal ke bank karena hasil panen ternyata tak seberapa," papar Suryanto dari Desa Pegundungan.

Semakin minimnya pendapatan dari kentang membuat sebagian petani kini memiliki profesi ganda, misalnya menjadi pedagang kecil, pengelola homestay, atau menanam tanaman lain, misalnya kacang tanah, atau terong belanda, di samping kentang, demi menambah penghasilan.

Kondisi ini bukan tak disadari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Mereka meminta warga Dieng mengganti kentang dengan tanaman lain sebagai mata pencaharian utama mereka.

"Kami sudah tanyakan kepada para ahli pertanian, soal tanaman yang nilai ekonomisnya lebih tinggi dari kentang. Hingga saat ini belum ada jawabannya," kata Hadi Supeno, Wakil Bupati Banjarnegara.

"Sebenarnya, masyarakat tak terlalu sulit diminta mengubah kebiasaannya menanam kentang, asal tanaman baru itu tetap bisa menghidupi mereka dan keluarganya," tambah dia.

Kentang, yang awalnya menjadi primadona petani Dieng, kini menjadi buah simalakama kawasan pegunungan itu. (bersambung) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com