Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Nasi di Malang Berharap Puasa Harga Petai Turun

Kompas.com - 07/06/2013, 15:15 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Sejak beberapa terakhir, sebagian warung nasi di Kota Malang tak lagi memasukkan petai dan jengkol ke beberapa menu makanannya. Alasannya, harga kedua sayuran itu mahal.

Hal itu seperti yang dilakukan pemilik warung "Pak Hari" yang ada di Jalan Gajah Mada Kota Malang. "Dulu saat petai tak langka dan harganya murah, kita pakai petai. Sekarang tidak," jelas Hari, pemilik warung kepada Kompas.com, Jumat (7/6/2013).

Hal senada juga diakui Rahmatullah, pemilik warung Padang di Jalan Aris Munandar, Kota Malang. Rahmatullah mengaku sudah empat hari tak lagi memakai petai dan jengkol di beberapa menu makanannya.

"Kalau ada pembeli tanya, saya jawab tak lagi pakai petai dan jengkol untuk sementara. Karena harganya cukup mahal," katanya.

Dia akan kembali memakai petai dan jengkol jika harga keduanya sudah murah. "Kemungkinan bulan puasa harganya akan turun dan sudah musim. Sekarang masih langka. Makanya mahal," katanya.

Menurut Rahmatullah, saat  ini di pasar manapun di Malang, harga petai dan jengkol masih mahal. "Saya ke pasar saya kira harga petai dan jengkol tak ikut harga Jakarta. Ternyata, pedagang ikut-ikutan patok harga mahal. Bayangkan saja, per kilogram petai mencapai Rp 150.000," katanya.

Untuk harga jengkol, menurutnya, tergolong murah "hanya" Rp 60.000 per kilogram.

"Tapi harga itu sudah sangat mahal. Apalagi harga Malang yang mayoritas masyarakat tak suka petai dan jengkol. Lebih baik beli daging sapi atau ikan saja daripada petai dan jengkol kalau untuk warung," katanya.

Kalaupun dia akan memaksakan pakai petai dan jengkol dalam menu makanan yang dijualnya, Rahmatullah mengaku pasti rugi.

"Jelas rugi kalau pakai petai dan jengkol," ujarnya.

Sementara itu, Damayanti, salah seorang penggemar nasi padang mengaku kurang lengkap jika makanan tak ditemani petai atau jengkol. "Kebetulan saya asli Jawa Barat yang sejak kecil suka petai dan jengkol. Makanya tidak lezat jika makan tak ditemani petai atau jengkol," akunya.

Dia memaklumi jika mayoritas warung nasi tak lagi menggunakan petai dan jengkol karena harganya mahal. Dia pun akan menunggu harga petai dan jengkol kembali turun. "Kita tunggu murahnya saja. Semoga harganya menurun," katanya lantas tersenyum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com