Oleh: Icha_nors
Kompasiana: icha_nors
Suatu ketika, saya menyuruh seorang siswa mengambil alat praktik pembelajar-an yang tertinggal di rumah. Dia kaget saat tahu rumah saya yang tanpa berpenghuni itu tidak dikunci. Siswa pun bertanya, apa tidak takut barang-barang diambil pencuri?
Tentu tidak, jawab saya. Saya pernah usul kepada suami agar mengunci rumah. Namun, hal ini dilarang karena hanya akan merepotkan tetangga yang ingin meminjam barang. Alasan lain, ketika tiba-tiba hujan, tetangga jugalah yang biasanya menyelamatkan jemuran ke dalam rumah. Ya, kehidupan saya dengan para tetangga memang sudah seperti saudara.
Banyak cerita lucu yang membuat kami semakin akrab. Suatu hari, misalnya, tetangga saya yang pejabat eselon kedatangan tamu dadakan dari luar kota. Kebetulan di dapurnya tidak ada persediaan apa pun. Dia lalu dengan sigap ”mencuri” empat toples makanan ringan dan satu botol sirup dari lemari dapur saya tanpa izin. Kebetulan waktu itu saya sedang berada di luar rumah. Saya sendiri baru sadar ”kecurian” setelah si tetangga membuat pengakuan sambil mengembalikan toples dan botol sirup yang sudah kosong.
Adik saya juga pernah kalang kabut. Saat mau berangkat mengajar, sepatunya raib. Ternyata pelakunya tetangga sebelah yang pagi itu mau dilantik jadi PNS. Menurutnya, saat ingin minta izin, si empunya sedang ada di kamar mandi.
Namun, semua peristiwa itu tidak dianggap sebagai pencurian. Mereka memang kawanan ”pencuri”, lebih tepatnya ”pencuri hati” yang selalu siap membantu tanpa pamrih.
[http://kom.ps/AE6nhv]
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.