Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meningkat, Kekerasan terhadap Turis di Bali

Kompas.com - 04/06/2013, 07:38 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis

SYDNEY, KOMPAS.com — Seorang wanita Australia, Maria, mengatakan, dia ditelantarkan di tengah jalan dengan luka di kepala di jalanan Bali. Menurut laporan program televisi ABC, 7.30, Senin (3/6/2013) malam, statistik resmi menunjukkan 31 orang warga Australia meninggal di Bali tahun lalu. Namun, yang tidak banyak terungkap adalah jumlah mereka yang menderita cedera ataupun mengalami penganiayaan.

Menurut ABC, Maria diserang seseorang pada Maret lalu ketika sedang lari pagi di dekat resornya di Seminyak. Sampai saat ini, tidak ada penyelidikan polisi atas insiden tersebut. "Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya tidak tahu apakah penyerang itu dari depan, dari samping, atau dari belakang," katanya kepada 7.30. "Saya pingsan dan saya tidak tahu berapa lama. Ketika saya sadar, saya melihat darah membasahi muka saya," lanjut Maria.

Awalnya, Maria yang pingsan dibawa ke sebuah klinik di Seminyak. "Saya ingat saya terbaring di klinik tersebut. Saya melihat banyak orang di sekeliling saya, tetapi saya bertanya, siapa Anda, di mana saya, dan apa yang terjadi dengan saya," kata Maria. Tidak ada yang bisa menjelaskan kepadanya. Maria kemudian dipindahkan ke RS Kasih Ibu di Denpasar.

Meski luka di kepalanya besar, dengan diameter lima kali dua sentimeter, dokternya mengizinkannya meninggalkan rumah sakit pada keesokan harinya. Dokter mengatakan cederanya disebabkan dia pingsan dan mengatakan Maria bisa naik pesawat untuk pulang ke Australia. "(Padahal) saya bahkan tidak bisa jalan. Saya kaget diperbolehkan keluar dari rumah sakit," ujar dia.

Sekembalinya ke Australia, karena merasa kondisinya memburuk, Maria menjalani pemeriksaan lanjutan dan baru diketahui bahwa tengkorak kepalanya retak. Menurut ABC, insiden yang dialami Maria ini merupakan kejadian terbaru atas sejumlah tindak kekerasan yang dialami warga Australia di Bali.

Menurut data dari Departemen Luar Negeri Australia (DFAT), secara rata-rata, setiap 12 hari, seorang warga Australia meninggal karena sakit, kecelakaan, bunuh diri, atau sebab lain di Bali. DFAT menolak diwawancarai ABC dengan mengatakan, "Tidak ada bukti adanya peningkatan tindak kekerasan terhadap warga Australia di Bali saat ini."

Namun, para ekspatriat di Bali mengatakan, tindak kekerasan sama sekali tidak dilaporkan. Salah satunya dituturkan Richard Flax yang sudah tinggal di Bali selama 25 tahun dan terlibat dalam kelompok yang memberikan bantuan darurat bagi para turis.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, Flax membuat halaman Facebook berjudul "Mugged in Bali" (Dirampok di Bali) dan lebih dari 500 orang mengirimkan pengalaman mereka. "Memang kelihatannya kebanyakan turis asing wanita yang menjadi sasaran, tetapi sebenarnya banyak warga Indonesia lainnya yang jadi korban. Jadi, menurut saya, ini tidak ada hubungannya dengan warna kulit atau asal seseorang," kata Flax.

Clare McAlaney, mantan polwan dari Victoria yang sudah tinggal di Bali selama 18 bulan, juga menjadi sasaran. Dia dijambret di Bali pada Januari lalu ketika berkendara motor bersama suaminya. "Kami sedang berkendara malam hari dan ini sesuatu yang tidak saya sarankan kepada turis."

Menurut McAlaney, turis memang menjadi sasaran. "Saya kira turis memang menjadi sasaran. (Bali) ini memang pusat kunjungan wisata dan banyak turis yang datang. Jadi, tidak mengejutkan bila tindak kriminal juga tinggi," kata dia.

Robert Flax dan Clare McAlaney mengumpulkan keterangan saksi yang melihat peristiwa yang dialaminya dan diserahkan ke polisi. Mereka mengatakan, polisi Bali menangani masalah ini dengan serius.

"Sekarang ada kesadaran besar akan masalah yang terjadi dan baru-baru ini polisi menempatkan 50 petugas tambahan di daerah ini," kata Flax. Menurut dia, polisi maupun warga Bali juga tak menginginkan ada tindak kriminal. "Tidak seorang pun yang mau," tegas Flax.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com