Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Umat Syiah Sampang Ingin Lepas dari Tanggung Jawab Pemerintah

Kompas.com - 01/06/2013, 17:41 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

SAMPANG, KOMPAS.COM - Sembilan bulan tinggal di pengungsian di Gedung Tenis Indoor, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, masyarakat penganut Syiah asal Desa Bluuran, Kecamatan Omben dan Desa Karang Gayam, Kecamatan Karang Penang, mengaku jenuh. Apalagi mereka dianggap sebagai beban negara karena pekerjaannya hanya menunggu bantuan pemerintah. Bantuan itu akan menghabiskan anggaran yang tidak sedikit.

Iklil Al Milal, ketua Syiah Sampang saat ditemui di lokasi pengungsian, Sabtu (1/6/2013) mengatakan, warga Syiah tidak ada yang malas jika disuruh bekerja. Jadi, adanya anggapan  bahwa kaum Syiah pemalas, pekerjaannya hanya duduk, makan, tidur dan menunggu bantuan sangatlah bertolak belakang dengan keinginan warga Syiah. "Silakan orang yang menilai kami negatif bertukar tempat dengan kami. Dikira kami keenakan tinggal di pengungsian selama sembilan bulan ini," terang adik kandung Tajul Muluk, pimpinan Syiah sebelum Iklil.

Pengungsi Syiah sudah sangat rindu kembali ke kampung halamannya untuk menggarap lahan pertaniannya. Namun mereka dilarang aparat keamanan. Alasannya demi meredam emosi masyarakat non-Syiah.

Kamun laki-laki Syiah pernah kembali ke kampung ke halamannya hanya sekedar ingin membersihkan rumah mereka yang sudah lama ditinggalkan. Rumah mereka sudah ditumbuhi semak-semak dan beberapa atap rumahnya rusak. "Untuk membersihkan rumahnya saja, warga sudah diusir untuk kembali lagi ke pengungsian. Ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak bisa melindungi rakyatnya sendiri," ungkapnya.

Yang disesalkan warga Syiah, pemerintah hanya mendengarkan keinginan warga anti-Syiah. Sementara keinginan warga Syiah tidak dihiraukan. Buktinya setiap ada pembahasan tentang penanganan warga Syiah, perwakilan Syiah tidak pernah dilibatkan. Pemerintah hanya bicara sendiri dan hasilnya ditawarkan kepada warga Syiah. "Apa salahnya kalau kami dilibatkan sehingga ada titik temu," kata Iklil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com