Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Akan Atasi Masalah Intoleransi

Kompas.com - 01/06/2013, 03:36 WIB

Di hadapan ratusan tokoh politik, budaya, dan agama, Presiden Yudhoyono menegaskan, Indonesia akan melanjutkan proses transformasi, antara lain tidak akan menoleransi kekerasan yang dilakukan kelompok apa pun yang menggunakan agama. Juga tidak akan membiarkan penistaan terhadap tempat ibadah dengan alasan apa pun. Kaum minoritas dikatakan akan selalu dilindungi dan dijamin tidak akan mengalami perlakuan diskriminatif.

Secara khusus pula Presiden Yudhoyono menyebutkan, Indonesia merupakan negara dengan banyak tempat ibadah. Umat Islam dikatakan memiliki 255.000 masjid, Hindu 13.000 kuil, Buddha 2.000 kuil, Konfusian 1.300 kuil, dan gereja 61.000—yang dikatakan Presiden Yudhoyono lebih banyak dibandingkan dengan di Inggris atau Jerman.

Secara eksternal, Indonesia dikatakan akan terus menjadi salah satu kekuatan penjaga perdamaian dunia. Indonesia selalu siap mengirim pasukan penjaga perdamaian ke wilayah dunia yang dilanda konflik.

Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia akan berjuang sebisa mungkin menjadi jembatan antara dunia Islam dan Barat.    ”Sebagai bangsa yang memiliki sejarah toleransi panjang, Indonesia juga akan terus dengan lantang bersuara moderat yang diyakini sebagai cara terbaik meredam ekstremisme,” kata Presiden.

Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah India dan Amerika Serikat, Indonesia dapat memperlihatkan, demokrasi, Islam, dan modernisasi bisa berjalan berbarengan secara simbiotis positif. Bangsa Indonesia juga berada di garis depan dalam kerja sama antaragama. Tahun depan, Indonesia akan menjadi tuan rumah konferensi Aliansi Kebudayaan.

Menurut Presiden Yudhoyono, pembangunan masyarakat yang toleran tidak bisa hanya dilakukan dengan pendekatan hukum, tetapi juga persuasi. Tugas membangun toleransi tidak hanya dilakukan seorang pemimpin, tetapi harus bersama-sama. Menurut Yudhoyono, pemimpin yang baik berani berada di garis depan dengan terus memancarkan sinar harapan bagi masa depan. Dengan mengajak bekerja sama untuk dunia yang lebih baik, Presiden menutup pidatonya yang disambut dengan tepuk tangan panjang sambil berdiri oleh ratusan tokoh yang hadir di Hotel The Pierre.

Kemitraan global

Penerimaan penghargaan dari ACF dilakukan Yudhoyono di tengah-tengah kunjungan kerja ke PBB dalam kapasitas sebagai salah satu Ketua Panel Tingkat Tinggi PBB mengenai Agenda Pembangunan Pasca-2015.

Dalam konferensi pers pada Kamis siang, Presiden Yudhoyono menyatakan, dokumen hasil kerja panel selama sembilan bulan sudah diserahkan kepada Sekjen PBB. Dokumen berjudul ”Kemitraan Global Baru” antara lain merekomendasikan upaya pengurangan kemiskinan melalui transformasi ekonomi dengan pembangunan berkelanjutan, yang mengutamakan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Dokumen yang disusun oleh panel yang beranggotakan sejumlah tokoh dunia dengan berbagai latar belakang profesi itu diharapkan akan menjadi acuan untuk penyusunan pembangunan dunia setelah program Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berakhir tahun 2015.

Menurut Presiden Yudhoyono, Indonesia sudah banyak meraih pencapaian dalam program MDG meski masih banyak yang harus dibenahi dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Bagaimanapun kemajuan Indonesia semakin diakui dunia, seperti terlihat dalam keanggotaan G-20. Atas dasar itu, Presiden menegaskan, tak ada alasan bagi bangsa Indonesia untuk selalu minder, pesimistis, dan rendah diri.

Presiden Yudhoyono dan rombongan akan tiba di Tanah Air hari Minggu pagi setelah melakukan lawatan sejak 27 Mei ke Swedia dan PBB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com