JAKARTA, KOMPAS.com - Kewajiban membeli lembar kegiatan sekolah (LKS) masih dialami para siswa di SD Negeri 09 Pulogebang, Jakarta Timur. Para siswa diperintahkan untuk membeli LKS pada salah satu warung di dekat sekolah seharga Rp 77.000 untuk 10 LKS dan satu buku tulis tegak bersambung.
Dn (29), salah satu orangtua murid di sekolah itu, Rabu (29/5/2013), mengaku, sejak anaknya duduk di kelas 1 hingga saat ini di kelas 3, setiap semester selalu dibebani untuk membeli LKS. Kewajiban itu masih terjadi hingga saat ini, meski Pemerintah Provinsi DKI telah menetapkan agar sekolah tidak lagi membebani biaya pun karena telah dipenuhi dari biaya operasi sekolah (BOS).
"Setahu saya juga Pemprov DKI kan sudah membebaskan biaya apa pun untuk seluruh siswa sekolah dasar. Tapi, kenapa ini masih saja terjadi kewajiban untuk membeli LKS," katanya.
Apalagi, untuk memperoleh LKS itu, kata Dn, dibeli di sebuah warung buku dekat sekolah, Toko Ria. Padahal, di sekolah itu ada empat toko buku yang lebih tepat disebut warung alat tulis karena sangat sederhana. Dn mengaku tak dapat menolak perintah itu karena khawatir anaknya akan dikenai sanksi.
"Sempat sih mempertanyakan masalah ini ke guru. Tapi jawabannya, tetap harus beli LKS. Sementara, orangtua murid yang lain cuma omong-omong aja di belakang," katanya.
Kewajiban membeli LKS juga diungkapkan sejumlah siswa SD Negeri 09 Pulogebang saat mereka pulang sekolah. Salah satunya, Zh (9). Ia mengatakan, LKS itu bisa diperoleh di Toko Ria.
"Iya, memang harus beli LKS. Satu paketnya Rp 77.000. Belinya di toko itu," kata Zh sambil menunjuk Toko Ria yang berada 50 meter dari SD Negeri 09 Pulogebang.
Pemilik Toko Ria, Ria (28), mengaku, LKS yang dia sediakan bukan hasil kerja sama dengan sekolah. Namun, ia mengakui, menyediakan LKS yang digunakan SD Negeri 09, yaitu LKS cetakan Penerbit Bintang dan Praktis.
"Saya cuma cari tahu di sekolah itu, rupanya LKS yang dipakai Penerbit Bintang dan Praktis. Terus saya beli di Pasar Senen," katanya.
Setiap paket LKS seharga Rp 77.000 terdiri dari 10 eksemplar LKS dari setiap mata pelajaran dan satu buku tulis tegak bersambung. Untuk setiap paket, dia hanya melayani pembelian secara kontan.
"Tidak bisa dicicil. Semua harus kontan," katanya.
Konfirmasi pihak sekolah
Saat konfirmasi ke pihak sekolah, Kompas hanya ditemui penjaga sekolah bernama Oman. Oman mengaku, Kepala SD Negeri 09 Pulogebang Daryono tak berada di tempat. Setelah melapor ke ruang guru, Oman juga mengaku, tak ada guru yang bersedia memberikan keterangan.
"Guru-gurunya tidak ada yang mau kasih keterangan. Disuruh langsung ke kepala sekolah, tapi kepala sekolah lagi keluar," katanya.
Setelah dijelaskan masalah yang akan dikonfirmasi, Oman mengaku, bahwa dia sudah pernah diperintahkan oleh kepala SD Negeri Pulogebang untuk menjelaskan hal itu kepada LSM atau wartawan yang meminta penjelasan terkait hal itu.