Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog: Bunuh Diri Sri Hartati Meniru Promotor Musik

Kompas.com - 28/05/2013, 18:43 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Dalam tiga hari, sudah terjadi dua peristiwa bunuh diri dengan cara menabrakkan diri ke kereta api di Yogyakarta.

Pada Minggu (26/5/2013), Yoga Cahyadi (36), ketua panitia Locstockfest # 2, tewas mengenaskan setelah dengan sengaja menabrakkan diri ke kereta api yang melaju kencang. Hari ini, Selasa (28/05) pagi, Sri Hartati (36) juga tewas mengenaskan dengan melakukan hal yang sama di bawah jembatan layang Janti yang jaraknya tidak lebih 1 km dari lokasi bunuh diri Yoga.

Fenomena bunuh diri ini, menurut psikolog klinis Universitas Sansta Dharma, Siswa Widyatmoko, ialah karena manusia memiliki kecenderungan untuk meniru.

"Jika dilihat, bunuh diri yang terjadi dilakukan dengan cara yang nyaris sama, dengan lokasi yang cukup berdekatan. Hal itu karena memang manusia cenderung meniru," terangnya, Selasa (28/5/2013).

Ia menjelaskan, pemicu seseorang nekat melakukan tindakan bunuh diri adalah tidak adanya dukungan sosial dari keluarga maupun orang di sekitarnya saat orang tersebut mengalami masalah dan tidak menemukan jalan keluar.

"Intinya seseorang melakukan aksi bunuh diri karena dia berpikir bahwa itulah cara yang paling tepat untuk keluar dari masalah," ucapnya.

Sementara itu, sosiolog Universitas Atmajaya Yogyakarta, Bambang Prihandono, menjelaskan, tindakan bunuh diri merupakan permasalahan yang kompleks. "Orang nekat bunuh diri bisa dilatarbelakangi faktor ekonomi, sosial, dan politik," katanya.

Bambang menegaskan, masyarakat jangan hanya menyalahkan pelaku bunuh diri. Sebab, jika dilihat secara saksama, masyarakat pun sedikit banyak terlibat sebagai salah satu pemicu seseorang bunuh diri.

"Solusinya, bagaimana menghilangkan ketimpangan sosial yang ada di masyarakat saat ini. Misalnya, pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan dan jangan mempersulit kehidupan masyarakat," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com