Tasikmalaya, Kompas
Hal itu disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kundang Sodikin, Senin (27/5). ”Saat ini, kami tengah menyusun rencana penanggulangan bencana alam yang berbasis pada kearifan lokal. Metode ini diharapkan akan menjadi panduan,” ujarnya.
Menurut dia, banyak aparatur negara yang menghadapi bencana dengan pendekatan reaktif. Akibatnya, banyak kebijakan dan implementasi di lapangan tak sesuai dengan karakteristik daerah rawan bencana.
”Misalnya, pemilihan rumah dengan fondasi umpak batu dan julang ngapak yang sesuai dengan karakteristik daerah rawan gempa. Lalu, ada juga rekomendasi penataan ruang yang
Hujan dengan intensitas tinggi di beberapa wilayah di Jabar, akhir Mei, menyebabkan beberapa titik mengalami longsor. Di Kota Tasikmalaya, longsor yang terjadi di Kelurahan Leuwiliang, Kecamatan Kawalu, menutup jalan utama. Meskipun tidak ada korban, warga di beberapa rumah terpaksa mengungsi. Rumah mereka teredam air karena longsor menutup saluran air. Longsor juga terjadi di Kampung Buligir, Desa Parentas, Kecamatan Cigalontang, Tasikmalaya.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono mengatakan, hujan deras di sejumlah daerah masih berpotensi memicu longsor. Ia berharap, pemerintah daerah dan warga berkoordinasi dan mengikuti rekomendasi, di antaranya, menutup retakan tanah hingga pengaturan drainase air.
Hujan deras sekitar lima jam yang melanda wilayah Kota Tegal, Jawa Tengah, Senin siang, membuat sebagian besar ruas jalan dan permukiman di wilayah tersebut tergenang air.
Namun, Senin petang, sebagian genangan sudah surut meskipun sebagian lainnya menggenangi sejumlah permukiman. (CHE/WIE)