Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelundupan Manusia ke Australia Bernilai Rp 4 Triliun

Kompas.com - 27/05/2013, 07:18 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis

CANBERRA, KOMPAS.com — Menurut perkiraan, kedatangan para pencari suaka ke Australia dalam enam tahun terakhir telah memberikan keuntungan sekitar 400 juta dollar (sekitar Rp 4 triliun) bagi para penyelundup manusia.

Menurut laporan news.com.au pada Senin (27/5/2013) ini, beberapa pencari suaka yang ditempatkan dalam kelompok masyarakat melakukan tindak kejahatan, antara lain melakukan penodongan menggunakan pisau.

Juga disebutkan bahwa beberapa penagih utang dari gembong penyelundup ini juga tiba dengan kapal dan dikirim ke Nauru, tempat mereka mengancam pencari suaka lainnya karena utang yang belum dibayar.

Di Australia, pemerintah sudah mencabut visa sementara bagi 71 pencari suaka yang sebelumnya diizinkan tinggal di tengah masyarakat.

Sepuluh di antara mereka dikenai tuduhan kriminal, delapan orang dianggap menjadi ancaman keamanan nasional, dan 12 orang "menghilangkan diri".

Semua ini terungkap dari jawaban pemerintah terhadap pertanyaan para anggota parlemen berkenaan dengan biaya yang harus dikeluarkan Pemerintah Australia, berkenaan dengan APBN untuk pencari suaka.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, para pencari suaka ini rata-rata membayar Rp 30 juta sampai Rp 100 juta untuk individu, dan Rp 100 juta-Rp 200 juta untuk keluarga, agar bisa diselundupkan ke Australia.

Sejak Partai Buruh berkuasa enam tahun lalu, sekitar 42.000 pencari suaka tiba sehingga keuntungan bagi penyelundup sebanyak 125 juta dollar sampai 400 juta dollar.

"Julia Gillard dan Partai Buruh adalah sahabat terbaik para penyelundup manusia. Di bawah kebijakan buruh, para penyelundup sudah mendapatkan keuntungan ratusan juta dollar dan sekitar 1.000 orang tewas di laut," kata juru bicara pihak oposisi soal imigrasi, Scott Morrison.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com