Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batang Sawit Bernilai Tinggi

Kompas.com - 23/05/2013, 02:48 WIB

Untuk memperkuat dan menambah kerapatan kayu, dilakukan proses pemadatan. Pengawetan dilakukan dengan pemberian insektisida atau fungisida agar kayu tak diserang serangga maupun jamur.

Potensi

Di Indonesia, yang umum ditanam di perkebunan sawit adalah varietas sawit Dura, Pisivera, dan Tenera. Panjang batang sawit 7-17 meter, diameter 32-70 sentimeter, dan volume 0,9-3 meter kubik. Rerata jumlah pohon mencapai 128 pohon per hektar dengan rerata volume 220 meter kubik per hektar.

Berdasarkan karakteristik fisik batang sawit tersebut dan daur produktif 25 tahun (tingkat peremajaan 4 persen per tahun) serta asumsi luas tanaman sawit di Indonesia 9,261 juta hektar (2011), potensi limbah batang sawit nasional sekitar 81,5 juta meter kubik per tahun.

Jamal mencatat, Provinsi Sumatera Utara dan Riau memiliki potensi kayu sawit terbesar dengan volume 10 juta dan 20 juta meter kubik per tahun.

Potensi aktual kayu sawit nasional pada periode 2012-2017 beragam dari sekitar 24 juta meter kubik pada tahun 2013 hingga 40 juta meter kubik pada 2015. Volume ini akan meningkat pada 10 tahun berikutnya hingga mencapai lebih dari 110 juta meter kubik per tahun. Hal ini akan jauh lebih besar dibandingkan volume tertinggi yang pernah dicapai dalam sejarah produksi kayu nasional dari hutan alam sebesar 70 juta meter kubik per tahun.

Potensi ini yang ditangkap Jamal. Kayu sawit memiliki potensi besar sebagai komoditas ekspor, terutama dalam bentuk produk lantai, furnitur, daun meja, dan komponen pintu. Produk kayu ini berbeda dengan produk dari kayu tropis komersial. Pertama, potensi kayu sawit terdapat dalam jumlah besar dan akan terus meningkat di masa mendatang.

Kedua, produk kayu sawit secara utuh belum pernah diproduksi secara komersial oleh negara mana pun di dunia sehingga produk ini bersifat unik dan spesifik. Ketiga, pemanfaatan kayu sawit sebagai substitusi kayu tropis memiliki aspek lingkungan sangat baik dalam kaitan dengan peningkatan upaya nasional dan internasional dalam penyelamatan hutan tropis.

Meski prospektif, pemanfaatan limbah hasil peremajaan perkebunan sawit tak mudah. Jamal menyebutkan, banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh batang sawit dan membawanya ke pabrik kayu.

Akibatnya, nilai batang sawit menjadi sangat mahal, lebih dari Rp 350.000 per meter persegi. Harga itu setara harga kayu bulat jenis karet, sengon, dan kemiri. Masalah birokrasi dan keterlibatan sejumlah pihak untuk memperoleh keuntungan dalam kegiatan pemanfaatan batang sawit menjadi hambatan serius di sejumlah kebun sawit.

Di Malaysia, hal ini bukan masalah. Kepala Pustekolah IB Putera Parthama menyatakan, negeri jiran ini getol mengembangkan teknologi pemanfaatan batang sawit. Pemerintah mewajibkan perkebunan sawit memasok batang sawit ke industri kayu.

Di Indonesia, pengembangan hasil penelitian ini ke arah komersial dipersiapkan PT Inhutani IV bersama PT Perkebunan Nusantara I dan IV untuk membangun pabrik di Aceh. Konsorsium BUMN ini akan mengkhususkan diri menangani produksi panel kayu, tapi hingga kini belum berproduksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com