Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batang Sawit Bernilai Tinggi

Kompas.com - 23/05/2013, 02:48 WIB

Oleh Ichwan Susanto

Saat ini luas lahan perkebunan sawit di Indonesia sedikitnya 11 juta hektar. Selain menunjukkan prospek hasil minyak nabati yang berlimpah, luasan kebun sawit ini memicu kekhawatiran melimpahnya batang sawit saat regenerasi kebun dilakukan.

Jika 4 persen dari luasan itu direhabilitasi tiap tahun, ada hampir 100 juta kubik batang sawit akan teronggok menjadi sampah. Pengelola kebun sering membiarkan batang sawit membusuk. Selain menimbulkan bau tidak enak, pelapukan alami membuat batang sawit menjadi sarang kumbang Oryctes rhinoceros dan jamur Ganoderma. Hal ini akan mengganggu tanaman sawit muda dan merugikan kebun.

Cara lain, membakar batang sawit. Namun, hal ini dilarang undang-undang karena membahayakan dan bisa memulai kebakaran hutan/gambut, dan melepas emisi karbon ke atmosfer.

Adalah Jamal Balfas, peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) Balitbang Kementerian Kehutanan, mencoba memberi solusi dengan mengolah batang sawit menjadi kayu solid dan kayu lapis.

Menurut Jamal, ia memulai penelitian batang sawit tahun 1997. Dua tahun kemudian mendaftarkan paten, tapi baru keluar tahun 2004. Paten dipegang Pustekolah Balitbang Kementerian Kehutanan selaku institusi tempat bekerja dan pemberi dana penelitian. Posisi Jamal sebagai penemu (inventor).

Penelitian dikembangkan lagi. Tahun 2009, batang sawit diupayakan menjadi bahan baku kayu lapis. Hal itu menghasilkan paten pada tahun 2011 yang dipegang Inhutani IV dan Jamal sebagai penemu.

Seperti umumnya tanaman ”tak berkayu”, batang sawit memiliki struktur lunak. Hampir mirip batang sagu atau kelapa. Bagian tengah (parenkim) tersusun atas tepung pati berkadar hingga 40 persen.

Kayu sawit memiliki karakteristik fisis, mekanis, dan keawetan kurang baik dibandingkan kayu biasa. Salah satu masalah adalah sifat higroskopis berlebihan, bisa mencapai kadar air 500 persen. Meski telah dikeringkan, batang sawit dapat kembali menyerap uap air dari udara hingga berkadar air lebih dari 20 persen.

Agar bagian tengah batang menjadi keras, Jamal memanaskan hingga di atas 130 derajat celsius. Tujuannya agar tepung pati atau gula menjadi karamel yang melekat dengan bagian vaskular.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com