Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Terus Galau terhadap Kebijakan Energi

Kompas.com - 21/05/2013, 02:15 WIB

Oleh Rini Kustiasih

Wanadi (35) dan Sujana (58) menambatkan perahu di tepi Sungai Bondet, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pekan lalu. Sudah beberapa hari ini mereka tidak melaut karena solar langka. Di sisi lain, nelayan galau terhadap tarik ulur harga bahan bakar minyak.

Sebuah stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN) di tepian Sungai Bondet yang muram dan sepi seolah mewakili rintihan nelayan di kawasan pantai utara Jawa di tengah tidak menentunya kebijakan energi. Sudah lama SPBN tersebut tidak beroperasi.

”Mungkin setahun atau lebih. Saya beli solar ke warung lain,” ujar Wanadi, nelayan Desa Grogol, Kecamatan Gunung Jati.

Ada tiga warung di kawasan itu yang biasanya menjual solar bersubsidi, Rp 5.000 per liter. Harga itu lebih mahal dibandingkan dengan harga solar bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) yang dijual Rp 4.500 per liter.

Dalam sebulan terakhir ini, nelayan kebingungan mencari solar yang kini pasokannya dibatasi. Sudah tak terhitung berapa hari Wanadi tak melaut. Di warung tempat ia biasa membeli solar, harga solar mencapai Rp 7.000 per liter.

Kamsari (50), nelayan lain di Desa Gebang Mekar, Kacamatan Gebang, nekat menjual kusen jendela rumahnya yang terbuat dari kayu jati. Rumah itu dibangun dari hasil jerih payah istrinya yang bertahun-tahun menjadi tenaga kerja Indonesia. Kusen jendela yang laku Rp 100.000 itu untuk membeli solar dan kebutuhan sehari-hari.

Jamhuri (45), nelayan lainnya, bahkan menggadaikan cincin istrinya seberat 2 gram hanya untuk mendapatkan Rp 200.000 untuk makan.

Beberapa nelayan di Bondet terbiasa membeli solar di SPBU yang ada di tepian jalan. ”Pagi hari saya biasanya membeli satu jeriken di SPBU. Sorenya saya beli lagi sebab dalam satu kali pembelian hanya boleh membeli satu jeriken,” kata Sujana.

Ia sebenarnya tak boleh membeli lebih dari satu jeriken. Namun, antara petugas dan nelayan saling tahu. Sujana kerap menyelipkan uang rokok kepada petugas agar bisa mengisi kembali jerikennya pada sore hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com