”Sebelum letusan tahun 2010, Merapi tak pernah mengeluarkan asap saat normal karena ada kubah lava. Saat ini Merapi terbuka, tak ada sumbat lava,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, Minggu (19/5). Sebelumnya, ia menginformasikan, embusan asap teramati petugas di Pos Pengamatan Kaliurang, Jrakah, dan Babadan selama lima menit.
Sumber asap diperkirakan dari dalam kawah di sisi barat laut. ”Hingga kini, tampak asap putih kecoklatan condong ke barat dengan ketinggian 100 meter dari puncak Merapi,” katanya.
Meski mengembuskan asap cukup tinggi, aktivitas kegempaan tak ada peningkatan. ”Kami simpulkan, Merapi tetap dalam status Normal,” kata Surono.
Menurut Kepala Seksi Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Sri Sumarti, 15 Juli 2012, Merapi menyemburkan asap hingga 1.000 meter. ”Masyarakat tak perlu panik. Magma Merapi punya kandungan gas tinggi dan pelepasan gas ini bisa kapan saja. Wajar,” ujarnya.
Fenomena Merapi seperti saat ini sebenarnya pernah terjadi. ”Sebelum tahun 1990, kawah Merapi juga terbuka hingga sedalam 100 meter,” kata Sumarti.
Salah satu gunung api teraktif di Nusantara itu terakhir meletus pada 2010 dan menewaskan ratusan orang, termasuk juru kunci Merapi, Mbah Maridjan.
Surono meminta masyarakat sekitar Merapi memahami perubahan karakter gunung itu. Kini, tanpa kubah lava, curah hujan tinggi memicu terbentuknya uap dan gas. Keluarnya gas itu, di satu sisi menyebabkan tak terjadinya akumulasi tekanan sehingga mengurangi risiko letusan besar.
Namun, embusan gas bisa kapan saja, tanpa tanda kegempaan signifikan. Itu bisa membahayakan pendaki yang mengira Merapi masih seperti dulu.