Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aceh Singkil "Tenggelam"

Kompas.com - 14/05/2013, 06:08 WIB

SINGKIL, KOMPAS.com — Seluruh permukiman penduduk di Kecamatan Singkil, Aceh Singkil, terendam banjir, sejak Minggu (12/5/2013). Banjir kali ini terparah sepanjang sejarah Singkil sehingga warga mengistilahkannya dengan “Singkil tenggelam”. Sedikitnya 4.000 warga Kabupaten Nagan Raya masih terkurung, sejak banjir melanda kawasan itu Jumat lalu.

“Banjir kali ini merupakan yang terbesar dalam sejarah Aceh Singkil. Mobil dan barang tak bisa diselamatkan, semua terendam banjir,” kata Mansur, warga Siti Ambia, Kecamatan Singkil, Senin (13/5/2013). Hingga Senin petang, banjir masih merendam enam kecamatan di Aceh Singkil. Wilayah yang paling parah terendam adalah Kecamatan Singkil, setelah banjir di daerah hulu mulai surut.

Ratusan rumah hanya menyisakan bagian atap yang tak terendam, dengan rata-rata ketinggian rumah adalah 3-4 meter. Bantuan makanan hingga hari keempat banjir belum bisa disalurkan kepada para korban, karena truk pengangkut bantuan logistik tak bisa menerobos jalan yang tergenang air berketinggian hingga 1,5 meter.

Truk pengangkut bantuan beras dari Gudang Bulog di Subulussalam yang berangkat sejak sehari sebelumnya hanya sampai ke Desa Suka Damai. Hingga Senin petang, beras bantuan baru bisa diangkut ke posko penanggulangan banjir di Kantor Camat Singkil, Kawasan Pulau Sarok, menggunakan mobil pengangkut alat berat milik Dinas PU setempat. Itu pun baru dua ton beras yang bisa dibawa dari 22 ton yang tersedia.

Terlambatanya penyaluran bantuan makanan membuat warga kecewa. Terutama penduduk Desa Rantau Gedang dan Teluk Rumbia yang telah sepekan tak bisa mencari nafkah lantaran lebih awal dilanda banjir. “Kami kehabisan bahan bakar (bensin) untuk membeli makanan ke luar. Kami sangat membutuhkan bantuan makanan. Kalau bisa bensin kirim kemari biar kami bisa beli makanan ke luar,” kata Pukak Dragon, warga Rantau Gedang.

Kebutuhan makanan juga diteriakkan warga di sepanjang jalan yang dilewati mobil pengangkut beras bantuan. Kaum ibu berteriak meminta beras bantuan agar diturunkan di tempat mereka mengungsi. “Minta berasnya, turunkan saja di sini sebagian,” teriak kaum ibu. Namun dengan alasan mencegah terjadinya rebutan bahan makanan, karena masih tak mencukupi, jeritan kaum ibu itu tak dihiraukan.

Kekurangan bantuan beras diakui Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Singkil, Sulaiman. Menurutnya, kebutuhan beras bantuan untuk Kecamatan Singkil sekitar 40 ton, sedangkan yang tersedia hanya 22 ton. Padahal warga yang terkena banjir selama empat hari ini, termasuk penduduk di Kecamatan Simpang Kanan, Singkil Utara, Singkohor, Suro, dan Gunung Meriah diperkirakan butuh beras sekitar 100 ton. “Bantuan beras belum cukup, stok yang ada dari Bulog hanya 22 ton,” kata Sulaiman.

Beras yang telah sampai di posko utama bantuan di Kantor Camat Singkil pun tak bisa langsung didistribusikan ke korban banjir. Alasannya lagi-lagi terkendala transportasi. Pengangkutan kebutuhan makanan pada korban banjir harus menggunakan perahu. Padahal, alat itu belum tersedia.

Banjir tak hanya merendam ribuan rumah penduduk, tapi juga menenggelamkan fasilitas umum, areal pertanian, serta melumpuhkan transportasi Singkil-Rimo. Ratusan korban banjir terus mengungsi ke tempat aman menggunakan peralatan seadanya. Sebagian lagi tetap bertahan di para rumah yang disulap menjadi tempat tinggal dadakan.

Dari Suka Makmue, ibu kota Nagan Raya dilaporkan, sedikitnya 4.000 jiwa atau 700 kepala keluarga (KK) warga di lima desa meliputi Babah Lueng, Kuala Tripa, Drien Tujoh, Lueng Keubeu Jagat, serta Kuta Makmue, Kecamatan Tripa Makmur, Nagan Raya, kemarin masih terkurung banjir setinggi 80 sentimeter.

Masyarakat di wilayah ini masih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi serta rumah warga yang tidak terkena banjir guna menghindari luapan air yang masih merendam permukiman mereka.
Namun, arus transportasi yang sebelumnya sempat lumpuh dan tak bisa dilewati akibat luapan air di badan jalan, sudah mulai terbuka sejak Minggu (12/5/2013) menyusul surutnya ketinggian air.

“Kami masih berupaya menyalurkan bantuan kepada korban banjir sehingga kebutuhan konsumsi masyarakat diharapkan tidak terganggu,” kata Kepala BPBD Nagan Raya, Ardi Martha. Menurutnya, banjir di Kecamatan Tripa Makmur ini masih berpotensi terjadi lagi karena intensitas hujan yang terjadi di wilayah itu masih sangat tinggi. Masyarakat pun dimintanya waspada.

Sementara itu, arus transportasi di lintasan Jeuram-Takengon di kawasan pegunungan puncak Singgah Mata, Kecamatan Beutong, hingga kemarin masih putus. Kendaraan yang melintas di pegunungan ini belum bisa lewat. Pasalnya, longsor sepanjang 20 meter mengamblaskan badan jalan di wilayah ini ke jurang sehingga arus transportasi terputus. “Kami sedang mengerahkan alat berat menuju ke lokasi bencana di puncak Singgah Mata. Penanganannya membutuhkan waktu yang lumayan lama,” kata Ardi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com