Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Mau Curi Sepeda Motor, Pemuda Tewas Dikeroyok

Kompas.com - 06/05/2013, 20:58 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Seorang pemuda yang diduga akan mencuri sepeda motor tewas dipukuli. Peristiwa terjadi pada Minggu (05/05/2013) malam di Perumahan Tembalang Regency, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jawa Tengah. Namun hingga Senin (06/05/2013), identitas remaja tersebut belum diketahui.

Berdasarkan informasi, peristiwa bermula ketika pemuda itu diduga hendak mengambil sebuah sepeda motor milik Arief Hidayat, warga Gang Barata. Dia juga mengambil helm dan sepasang sepatu serta sandal. Baru beberapa meter membawa kabur barang-barang itu, warga memergokinya.

Warga yang geram kemudian menangkap dan membawa ke pos satpam setempat. Di pos tersebut, remaja itu dipukuli beramai-ramai hingga luka parah. Polisi sempat ke lokasi dan membawa pemuda itu ke RSUD Kota Semarang. Namun dia meninggal dalam perawatan. Jenazahnya kemudian dibawa ke RS Bhayangkara untuk otopsi.

Kapolsek Tembalang, Kompol Widada saat dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut. Tidak ditemukan identitas pada diri pemuda itu. "Cirinya, tinggi sekitar 168 cm, badan kurus dan rambut lurus. Usianya masih muda, sekitar 20 tahun," ujarnya, Senin (6/5/2013).

Ia mengatakan masih memeriksa sejumlah saksi terkait insiden ini. Saksi antara lain satpam, warga dan pemilik kendaraan. Selain itu pihaknya juga masih mencari identitas korban.

Pada April lalu, aksi main hakim sendiri juga sempat terjadi di Jalan Saptamarga II, RT09/RWIV, Kelurahan Kembangarum, Kecamatan Semarang Barat. Bagus (16) tewas dipukuli dengan tangan kosong, bambu dan batu oleh warga. Dia dituduh hendak mencuri sepeda motor yang diparkir di depan rumah salah seorang warga.

Dalam peristiwa itu, dua warga dijadikan tersangka dan ditahan di Polsek Semarang Barat. Menanggapi hal itu Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Elan Subilan mengaku tetap akan mengusut tuntas. "Aksi main hakim sendiri tidak dibenarkan, tetap akan diproses. Hanya saja menunggu situasi tenang untuk antisipasi hal yang tidak diinginkan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com