Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tenun Ikat Kembali Marak

Kompas.com - 06/05/2013, 13:18 WIB
Kornelis Kewa Ama Khayam

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com— Memasuki musim kemarau tahun ini, perajin tenun di desa-desa di Nusa Tenggara Timur kembali beraktivitas menenun sarung tradisional.

Penggiat tenun ikat Kota Kupang, Ny Marlin Lobo, di Kupang, Senin (6/5/2013), mengatakan, biasanya aktivitas menenun dilakukan setelah selesai panen. "Saat ini musim panen jagung sudah mulai selesai, kecuali padi. Tetapi sebagian besar ibu rumah tangga dan kelompok tenun ikat sudah mulai konsentrasi menenun," kata Lobo.

Lobo yang memiliki ruang pamer tenun ikat di Jalan WJ Lalamentik Kota Kupang ini mengaku biasa membeli sarung tenun ikat dengan harga Rp 100.000-Rp 300.000 tergantung kualitas tenunan.

"Makin sulit sebuah sarung ditenun, makin mahal harganya. Tetapi harga satu sarung berkisar antara Rp 200.000-Rp 700.000. Khusus tenun dari Sumba dihargai sampai Rp 10 juta per lembar," kata Lobo.

Masalah yang dihadapi para penenun adalah pemasaran. Pemerintah harus mengakses pemasaran yang jelas bagi para penenun dan pengusaha tenun ikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com