Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/05/2013, 09:22 WIB

MANADO, KOMPAS - Sepanjang Januari-April 2013, dari 1.294 persalinan di rumah sakit pemerintah Dr Kandou, Manado, sebanyak 41 bayi dilaporkan meninggal dalam perawatan dan persalinan. Angka itu tinggi dan mengejutkan banyak pihak.

Direktur Utama RS Dr Kandou, Jolly Rumopa, di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (30/4), mengatakan, dari 41 kematian, 21 kasus dari pasien rujukan. ”Memang tinggi dalam hitungan tiga bulan,” kata dia.

Menurut Rumopa, RS Dr Kandou melebihi kapasitas untuk proses persalinan. Namun, ia menampik jika tingginya kematian dalam empat bulan itu karena pelayanan. Kematian bayi disebabkan prematur dan terjadi 20 hari setelah lahir. Penyebab lain, gawat napas dan kelainan bawaan.

Hal itu, kata dia, terkait proses perawatan ibu hamil yang berasal dari kabupaten/kota di luar Manado yang kurang baik. ”Rata-rata pasien dirujuk ke kami dalam kondisi parah,” katanya.

Sejumlah pihak mengaitkan tingginya angka kematian itu dengan buruknya pelayanan kesehatan dan rumah sakit pemerintah yang menjadi rujukan semua rumah sakit di Sulawesi Utara, sebagian Maluku Utara, dan Gorontalo.

Jerry Tambun, ahli hukum kedokteran di Manado, menilai ada tiga hal yang harus dibenahi dalam program kesehatan publik. Ketiga aspek tersebut adalah akses masyarakat mendapat jaminan kesehatan, ongkos kesehatan, dan kualitas pelayanan rumah sakit.

Ia mempertanyakan program kesehatan masyarakat yang dicanangkan pemerintah provinsi dan kabupaten serta kota, yang terlihat tidak terkoneksi dengan rumah sakit.

”Bayi yang mesti ditolong segera mendapat kesulitan karena harus mengurus proses administrasi, misalnya untuk mendapatkan keringanan pengobatan,” katanya.

Sekretaris Dinas Kesehatan Sulut Jun Tampemawa mengatakan, pada 2011, angka kematian bayi sebanyak 9 kasus dalam 1.000 bayi. Pada 2012, turun menjadi 6 kasus kematian bayi dalam 1.000 kelahiran. (ZAL)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com