Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra: Pikir Seribu Kali Naikkan Harga BBM

Kompas.com - 30/04/2013, 10:42 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Gerindra mempertanyakan alasan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Jika alasan subsidi BBM selama ini tidak tepat dan menjadi beban APBN, pemerintah dinilai tidak punya rencana dalam pengelolaan BBM.

"Kenapa baru sekarang bicara beban APBN? Ini menunjukkan pemerintah tak punya rencana dan antisipasi yang matang," kata Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon di Jakarta, Selasa (30/4/2013).

Fadli mengatakan, kenaikan harga BBM pasti akan semakin mempersulit kehidupan rakyat. Pasalnya, harga-harga dipastikan akan melambung tinggi dan inflasi akan meningkat.

Di sisi lain, tambah Fadli, pemerintah belum maksimal berusaha meningkatkan produksi minyak dan gas. Apalagi, kata dia, pencurian BBM masih marak sehingga subsidi BBM membengkak. Pembatasan pemakaian solar, premium bagi kendaraan dinas, perkebunan, dan pertambangan juga tak efektif.

"BBM subsidi yang harusnya disalurkan dari depot-depot ke SPBU bisa langsung ke pertambangan, perkebunan. Maksud hati ingin membatasi subdisi, tetapi semua tak terencana. Pemerintah harus berpikir seribu kali menaikkan harga BBM sampai segala usaha telah maksimal. Ini harus menjadi opsi paling akhir ketika jalan sudah buntu," pungkas Fadli.

Seperti diberitakan, pemerintah akan membuat kebijakan satu harga BBM. Angka kenaikan masih dihitung. Hanya, dipastikan harga baru nantinya di bawah Rp 6.500 per liter. Sistem dua harga BBM dinilai akan sulit ketika diimplementasikan.

Jika diterapkan satu harga, pemerintah akan memberikan kompensasi untuk rakyat miskin yang terkena imbas kenaikan harga BBM, salah satunya dalam bentuk uang tunai. Anggaran untuk berbagai program yang sudah ada seperti beras miskin, beasiswa, akan ditambah.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Subsidi BBM untuk Orang Kaya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com