Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Potensi Longsor Pascagempa di Dieng

Kompas.com - 29/04/2013, 03:49 WIB

Jakarta, Kompas - Beberapa kawasan di Dieng, Jawa Tengah, rentan longsor pascagempa pekan lalu. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan, terutama saat dan seusai hujan lebat. Bahkan, warga disarankan mengungsi bila hujan lebat.

Demikian rekomendasi para peneliti pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

”Rekomendasi dibuat setelah penelitian di kawasan Dieng. Gempa Jumat (19/4) malam memicu kerentanan longsor karena menyebabkan retakan tanah menyebar hingga Kabupaten Batang,” kata Kepala PVMBG Surono, Minggu (28/4).

Sesaat setelah gempa, tanah longsor terjadi di beberapa lokasi di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, serta Kecamatam Bawang, Kecamatan Reban, dan Kecamatan Blado di Kabupaten Batang. Ancaman longsor ini seiring hujan yang kerap terjadi.

PVMBG juga merekomendasikan agar 21 rumah di bawah tebing terjal yang retak dan longsor di Dusun Pekasiran, Desa Pekasiran, direlokasi. Dua rumah di tebing retak di desa itu juga harus dipindah. Sementara itu, rumah- rumah di sepanjang tepi tebing terjal di desa yang sama harus digeser minimal 5 meter dari tepi.

”Kami meminta warga tidak beraktivitas di bawah material longsoran, pada, dan di bawah lereng terjal pada saat dan setelah turun hujan lebat,” katanya.

Surono juga merekomendasikan agar dibuat tebing penahan pada tebing jalan yang longsor, fondasi sampai pada batuan dasar supaya stabil dan diberi saluran pengering. Lereng tebing perlu dibuat terasering.

Aktivitas turun

Bila ancaman longsor tinggi, aktivitas vulkanik di Dieng saat ini cenderung turun. Kepala Pos Gunung Api Dieng Tunut Pujiharo mengatakan, pemantauan pada Sabtu (27/4) pagi hingga tengah hari, hanya terekam sekali gempa vulkanik dalam dan sekali gempa tektonik lokal.

Pengamatan visual, asap dari Kawah Timbang berketinggian 50 meter. Bau belerang tercium lemah pada jarak 1.000 meter dari kawah ke barat dan tak tercium 1.500 meter ke selatan.

Pengukuran gas di udara bebas 20-50 meter dari pusat Kawah Timbang terdeteksi gas CO2 0,4 persen volume/lebih rendah dari ambang batas 0,5 persen volume. Adapun gas H2S 91 ppm dan gas SO2 lebih dari 100 ppm.

”Masyarakat dibolehkan beraktivitas terbatas di dalam radius 1 kilometer dari Kawah Timbang jika memenuhi seluruh persyaratan,” kata Tunut.

Sejumlah syarat itu, jika 6 jam terakhir tak terekam gempa vulkanik dan tektonik lokal yang bisa memicu keluarnya gas beracun dari Kawah Timbang. Syarat berikut, matahari terik dalam radius 1 km dari Kawah Timbang.

Syarat lain, kata Tunut, tiadanya gas beracun yang berpotensi membahayakan setelah dilakukan pengecekan. (AIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com