Korban penembakan itu adalah Muhammad bin Zainal Abidin (35), warga Gampong Waido, Pidie, 100 kilometer timur Banda Aceh. Pada masa konflik, Muhammad adalah kombatan Gerakan Aceh Merdeka. Dia bergabung dengan Partai Nasional Aceh (PNA) Pidie pada 2012. PNA merupakan partai politik lokal yang didirikan mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Aceh Komisaris Besar Gustav Leo, Jumat, mengungkapkan, saat ditemukan warga, korban sudah tewas dengan dua luka tembak di kepala pada Jumat pukul 06.30. Tubuh korban berada di dalam mobil Toyota Avanza miliknya, yang tercebur di badan Sungai Blang Beureueh, Desa Beureueh, Kecamatan Mutiara.
”Diduga, penembakan dilakukan pada malam hari setelah pukul 22.00 dan dari jarak dekat. Pelaku lalu membawa korban beserta mobilnya ke sungai itu dan membuangnya di situ,” kata Gustav.
Dari hasil penyelidikan sementara Kepolisian Resor Pidie, hingga pukul 22.00 pelaku masih hidup sebab seorang kawan korban memberikan alibi melihat korban pada Kamis malam pukul 22.00. Setelah itu, korban pergi tanpa ada yang mengetahui.
Polisi belum dapat mengidentifikasi jenis senjata yang digunakan untuk menembak Muhammad. Pasalnya, lokasi penembakan dan lokasi penemuan jenazah korban berbeda tempat sehingga polisi sulit menemukan proyektil dan selongsong peluru.
Saat ditanya apakah penembakan tersebut terkait dengan gesekan politik yang terjadi antara PNA dan Partai Aceh yang saat ini mulai memanas, Gustav menolak berspekulasi. ”Belum mengarah ke sana,” kata dia.
Kepala Polres Pidie Ajun Komisaris Besar Dumadi mengatakan, kasus penembakan tersebut masih didalami. Pemeriksaan terhadap saksi-saksi terus dilakukan, termasuk mencari kemungkinan lokasi penembakan dan proyektil peluru.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PNA Irwansyah mendesak polisi mengusut tuntas kasus tersebut, termasuk rangkaian teror belakangan ini. (HAN)