Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Menerobos Gelap Meraih Cita-cita

Kompas.com - 24/04/2013, 17:14 WIB
Mohammad Hilmi Faiq

Penulis

KOMPAS.com — "Waktu tinggal sepuluh menit lagi. Para peserta ujian diharapkan untuk memeriksa kembali lembar jawaban."

 

Mendengar pengumuman itu, Togar Pasaribu (20) bergegas meraba lembar jawabannya. Kedua jari telunjuknya rapat bergerak diikuti jari tengahnya menyusuri relief-relief huruf braile. Sebanyak 47 soal telah dia jawab, tersisa tiga lagi.

Kedua tangan Togar lantas berpindah ke lembar soal meneruskan pembacaan yang tadi terputus oleh suara pengumuman. Selang 15 menit kemudian, Togar menyerahkan lembar soal dan jawaban kepada guru pengawas. Kemudian dia mendekati rekannya, Robert Silaban (19), untuk berpamitan keluar kelas lebih dulu. Robert masih berjibaku dengan soal Bahasa Indonesia.

Tak lama kemudian, Robert menyusul keluar ditemani Mesran Sinaga (16) dan Sahtri Banurea (19) dari ruang kelas SMP Negeri 2 Lubuk Pakam, tempat mereka mengikuti ujian nasional dengan soal berhuruf braile, Senin (22/4/2013). Togar dan Sahtri merupakan siswa SMP Luar Biasa Swasta Yanpenta, sementara Robert dan Mesran adalah siswa inklusi di SMP Negeri 2 Lubuk Pakam.

Mereka berempat mengikuti UN di satu lokasi demi kelancaraan teknis. "Selain itu, biar mereka lebih percaya diri. Jika dipisah di sekolah masing-masing, khawatir beban psikologisnya bertambah," ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Lubuk Pakam Adi Mutia.

Togar tidak pernah mempermasalahkan lokasi ujian dipisah atau dicampur. Yang terpenting baginya dapat mengikuti UN dengan penuh konsentrasi dan lulus dengan nilai membanggakan. "Saya ingin melanjutkan belajar di sekolah musik. Saya ingin menjadi seniman hebat. Boleh, kan," ujar dia retoris.

Gaya bicara Togar penuh percaya diri dan lancar. Dia juga kerap tersenyum saat menceritakan keterampilan yang dimilikinya.

Sepuluh tahun berada di Yayasan Pendidikan Anak tuna Netra (Yapentra), Togar kini menguasai keterampilan bermain suling, taganing (gendang batak), dan garatung (sejenis kulintang). "Saya juga bisa bernyanyi, terutama lagu-lagu Batak," jelas Togar yang dilahirkan di Barus, Tapanuli Tengah, ini.

Keterampilan itu dia peroleh karena rajin latihan di yayasan. Setidaknya dua kali sepekan, setiap hari Senin dan Selasa sepulang sekolah, para anak asuh di Yapentra berlatih di bawah asuhan M Sitohang.

Jika Togar terampil memainkan suling, taganing, dan garatung, maka Robert cekatan memainkan drum. Adapun Mesran dan Sahtri lihai memetik gitar.

Keterampilan itu mengundang perhatian banyak pihak. Dalam beberapa perayaan yang digelar Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan yayasan, Togar dan rekan-rekannya sering tampil bermain musik dan bernyanyi. Acara-acara seperti ini secara tak langsung menempa rasa percaya diri anak-anak Yapentra.

"Dulu saya malu dan tidak berani ngomong kalau ketemu orang baru. Sekarang saya biasa saja," kata Mesran yang menderita low vision.

Ketidaksempurnaan penglihatan mereka kerap menjdi obyek pelecehan. Togar ingat betul, semasa usia lima tahun sampai sembilan tahun dia sering diejek teman-temannya di kampung. Itu membuatnya merasa rendah diri dan sendirian.

Ketika usia sembilan tahun, orangtuanya membawa Togar ke Yapentra. Di sana dia seolah menemukan tahap baru dalam hidupnya. Dia menyadari bahwa dia tidak hidup sendiri sebagai tunanetra. Lambat laun semangat hidupnya tumbuh.

Saat sukses nanti, Togar ingin menunjukkan kepada orangtua, guru, dan teman-temannya bahwa ketidaksempurnaan penglihatan bukan penghalang. Setiap orang punya hak yang sama untuk maju dan berkembang.

Untuk itulah, Togar, Robert, Mesran, dan Sahtri ingin lulus UN dengan nilai yang memuaskan. Mereka ingin menjadi kebanggaan keluarga, sekolah, dan yayasan.

Guna mendapatkan nilai UN yang bagus, Togar dan rekan-rekannya mengurangi waktu bermain. Selepas magrib hingga pukul 22.00 mereka belajar bersama untuk mempermudah mengisi soal-soal UN.

Togar, Robert, Mesran, dan Sahtri merupakan cermin betapa kelebihan itu kerap tersembunyi dalam kekurangan. Tak banyak orang dengan penglihatan normal dapat memainkan alat musik seperti mereka. Barangkali juga tak banyak yang memiliki semangat hidup sebesar mereka.

Semoga UN SMP lancar sampai hari terakhir, tidak karut-marut seperti UN SMA sehingga Togar, Robert, Mesran, dan Sahtri berkesempatan lulus dengan nilai memuaskan. Selamat berjuang!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com