Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Kaki, Djumono Daftar Caleg demi Kaum Difabel

Kompas.com - 22/04/2013, 18:08 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Menjadi difabel (orang dengan kemampuan berbeda) tidak menyurutkan semangat Djumono untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Pria tanpa kaki itu nekat mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dari perwakilan Jawa Barat pada 2014 mendatang. 

Dengan tertatih-tatih, Djumono menuju tempat pendaftaran caleg di kantor Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat di Jalan Garut, Kota Bandung, Selasa (22/4/2013). Setelah turun dari mobil pada pukul 14.30 WIB, pria tanpa kaki itu harus merangkak dengan bantuan tangan menuju kursi rodanya yang telah disiapkan oleh pendukungnya di depan pintu kantor.

Setelah berhasil menaiki kursi roda, rintangan yang harus dilalui Djumono belum berakhir. Dua buah gap yang cukup tinggi untuk dilalui sebuah kursi roda di lantai lorong menuju tempat pendaftaran caleg pun harus dilalui olehnya. Namun, para pendukung yang mengantarnya berusaha mengangkat kursi roda Djumono untuk melewati gap lantai tersebut. 

Setelah berhasil melewati rintangan-rintangan tersebut, Djumono yang datang dengan menggunakan jas berwarna hitam menghela napas panjang pertanda lega. 

"Saya pikir kantor KPU jelas tidak aksesbilitas karena memang anggota legislatif sendiri mungkin tidak ada penyandang disabilitas, sehingga saya harus turun dan digotong untuk dapat menuju tempat ini," kata Djumono saat ditanya tentang kondisi kantor KPU Provinsi Jabar, Senin (22/4/2013) 

Pada pencalonannya menjadi anggota legislatif di DPD RI, pria yang aktif di organisasi National Paralimpik Commite Indonesia (NPCI) mengklaim telah mendapatkan dukungan sebanyak 5.200 suara yang didapatnya dari 19 kota kabupaten di Jawa Barat. Diakuinya, 70 persen dari 5.200 suara dukungan tersebut berasal dari kaum penyandang disabilitas.

Surat-surat dukungan suara yang akan diberikannya kepada panitia pendaftaran itu disusun rapi dalam dua buah kardus dengan ditempeli kertas bergambar simbol-simbol perlambang disabilitas seperti tunarungu dan tunagrahita. 

"Dukungan paling banyak di Bandung, Garut, Ciamis, dan Bekasi. Tujuh puluh persen dukungan dari kaum disabilitas, termasuk dari keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar mereka," bebernya.

Ketika ditanya tujuan dari pencalonannya menjadi anggota DPD, Djumono dengan suara menggetar menyatakan demi perubahan. "Saya berharap dapat membawa perubahan, khususnya masyarakat penyandang disabilitas dan masyarakat rentan lainnya di Jawa Barat yang masih termarginalkan. Walaupun saya hanya seorang diri, mereka yang peduli banyak di luar," tegasnya berapi-api.
 
Selain itu, Djumono mengaku ingin sekali memotivasi mereka yang senasib dengannya, yang sebenarnya memiliki potensi di dunia politik, untuk ikut terjun agar dapat mengubah kehidupan kaum difabel menjadi lebih baik.

"Semoga ini bisa menjadi motivasi bagi para penyandang difabel lainnya agar meraih kesempatan yang diamanatkan oleh undang-undang pemilu kalau penyandang disabilitas pun boleh untuk mencalonkan," bebernya.
 
Diceritakan Djumono, pencalonan dirinya dilatarbelakangi ide dari sahabatnya dan para penyandang disabilitas lain di organisasi-organisasi penyandang cacat yang mendapat binaannya.
 
"Awalnya saya mendapat dorongan dari teman yang juga seorang penyandang disabilitas. Akhirnya, teman-teman lainnya meminta saya untuk memberanikan diri maju dalam pencalonan 2014," ujarnya.
 
Dengan dukungan dari semua simpatisan, lanjut Djumono, penyandang disabilitas bisa memiliki keterwakilan di legislatif. Pasalnya sampai saat ini, kaum difabel masih mendapat perlakuan yang cenderung dibeda-bedakan dengan kaum normal.
 
"Lebih baik cacat fisik daripada cacat moral," tegasnya.
 
Kepercayaan diri Djumono melaju ke jenjang politik yang lebih tinggi bukan tanpa alasan. Ia optimistis mendapatkan dukungan dari para kaum difabel yang setiap hari jumlahnya terus bertambah.

"Saya berbuat untuk siapa pun orangnya. Saya berharap tidak ada lagi diskriminsi karena setiap orang bisa mengalami disabilitas kapan saja karena bencana, kecelakaan, bahkan gizi buruk bisa menyebabkan setiap orang mengalami disabilitas," ucapnya.

Djumono menambahkan, menurut data dari Dinas Sosial Provinsi Jabar, jumlah penyandang cacat di tahun 2009 tercatat sebanyak 154.967 jiwa. Sementara data yang dilansir dari organisasi kesehatan dunia atau WHO mengatakan, jumlah 10 persen penduduk setiap daerah adalah penyandang cacat.

"Artinya di Provinsi Jawa Barat yang kini penduduknya sudah mencapai 44 juta jiwa, 4,4 juta orang adalah kaum difabel," ungkapnya lantas berlalu menuju tempat pendaftaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com