Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tasripin dan Twitter Presiden

Kompas.com - 20/04/2013, 00:58 WIB

Oleh Sumarwoto

Empat bocah kecil tampak canggung ketika baru memasuki Hotel Wisata Niaga di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (17/4).

Mereka baru kali pertama menginjakkan kaki di hotel.

Meski canggung, Tasripin (12), Dandi (7), Riyanti (6), dan Daryo terlihat gembira karena bisa menginap di hotel.

Tasripin dan adik-adiknya "diungsikan" karena rumah mereka sedang direhab.

Rumah kayu ukuran 5 x 6 meter itu ada di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas.

Anggota TNI Komando Resor Militer 071 Wijayakusuma dan Komando Distrik Militer 0701 Banyumas mulai Kamis (18/4) memperbaiki rumah tersebut.

Kediaman Tasripin dan adik-adiknya itu terdiri atas tiga ruangan, yakni ruang tamu, ruang tidur, dan dapur.

Mereka berempat tinggal sendirian di rumah itu karena sang ibu, Sutinah (37), meninggal dunia dua tahun lalu akibat tertimpa batu saat menjadi buruh penambang pasir di desanya.

Sementara itu, sang ayah, Kuswito (41), bersama anak sulungnya, Natim (21), pergi ke Kalimantan untuk bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit sejak lima bulan lalu.

Meskipun setiap bulannya Kuswito selalu mengirimkan uang sebesar Rp 500.000 hingga Rp 600.000 untuk Tasripin dan adik-adiknya, uang tersebut tidak mencukupi kebutuhan mereka berempat.

"Uang yang dikirim Bapak langsung saya gunakan untuk membayar utang di warung. Kebetulan ada warung yang bersedia memberi pinjaman dahulu, seperti beras sebanyak 15 kilogram untuk kebutuhan seminggu dan bumbu dapur," kata Tasripin.

Kalau uang itu masih tersisa, kata dia, digunakan untuk membeli sayuran. Namun, jika habis, terpaksa makan nasi campur garam.

Karena harus memenuhi kebutuhan hidup adik-adiknya, Tasripin, yang putus sekolah sejak kelas III di SD Negeri Sambirata dan masih menunggak biaya sekolah sekitar Rp 100.000, berupaya mencari nafkah dengan menjadi buruh tani.

"Saat panen kemarin, saya jadi buruh panen pagi. Hasilnya lumayan meskipun hanya berupa gabah sebanyak 22 kilogram," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com