Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Ada yang Gratis, Ayo "Wani Piro"

Kompas.com - 11/04/2013, 07:40 WIB

MATARAM, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat sudah menetapkan pasangan dan nomor urut calon gubernur dan wakil gubernur NTB periode 2013-2018. Urutan 1, Tuan Guru Bajang Zainul Majdi (kini Gubernur NTB)-M Amin (anggota DPRD NTB dari Partai Golkar); urutan 2, Suryadi Jaya Purnama-Johan Rosihan (keduanya anggota DPRD NTB dari PKS); nomor 3, Harun Al Rasyid (Gubernur NTB 1998-2003)-A Muhyi Abidin (anggota Dewan Perwakilan Daerah); dan nomor 4, Zulkifli Muhadli (kini Bupati Sumbawa Barat)-M Ichsan (Guru Besar Universitas Mataram).

Parpol pengusung, tim sukses, dan simpatisan kian gencar menyosialisasikan pasangan calon guna mendapatkan dukungan warga. Misalnya, pembagian bahan pokok, para calon menghadiri acara pengajian dan peletakan batu pertama pembangunan proyek fisik, mendatangi rumah warga, sosialisasi lewat jejaring sosial Facebook, pasang baliho, poster di tempat strategis kota dan kabupaten.

Para akademisi dan pemerhati sibuk memprediksi pasangan yang akan memenangkan Pilkada NTB berdasarkan hasil survei, kalkulasi suara dari parpol pendukung di basis parpol, keterkaitan emosional dan etnisitas pemilih dengan calon.

Malah ada pasangan calon yang sudah mengklaim mampu meraup 50 persen suara saat pencoblosan pada 13 Mei 2013. Suara-suara yang tersisa milik pasangan lainnya. Lain halnya analisis versi paranormal. Hasil teropong seorang paranormal menyatakan pasangan A yang akan menang, paranormal lain menyebut pasangan B yang unggul meraih dukungan suara.

Para pasangan calon punya agenda politik jika menang. Intinya, warga dimudahkan dalam segala hal melalui program pengentasan dari kemiskinan, intensifikasi pertanian, pembangunan pariwisata, peningkatan infrastruktur darat, laut, udara guna memperlancar arus barang dan jasa, perlunya konsolidasi dan merekatkan hubungan sosial akibat perbedaan pandangan.

Jabatan kepala dinas diangkat sesuai kompetensi, bukan karena kedekatan hubungan dengan elite pejabat, mengatur skema biaya pendidikan yang murah, memberikan honor ketua RT hingga kepala dusun, santunan bagi fakir miskin dan yatim piatu adalah isu lain yang ditawarkan para pasangan.

Namun, calon pemilih sadar memiliki posisi tawar, setidaknya hak konstitusinya tidak diberikan gratis. ”Di rumah ada lima orang punya hak pilih, ayo wani piro,” ucap Edi (nama samaran), warga Kota Mataram, menjawab tawaran tim sukses yang mendatanginya.

Pemilih agaknya tak mau salah pilih. Mereka diibaratkan seperti seorang pengendara yang sepeda motornya mengalami slip di jalan raya. Untuk bisa lolos, ia harus memilih: menabrak dinding pembatas jembatan atau menabrak deretan lapak pedagang buah yang berdekatan dengan dinding jembatan itu. Satu lapak di tepi jalan di antaranya tak ada pedagangnya, tetapi barang dagangannya ditutup terpal plastik.

Setelah melompat dari sepeda motornya lalu nyungsep ke lapak yang tertutup terpal plastik itu, sang pengendara jatuh di aspal. Rupanya di balik terpal itu ada satu mesin penggilas aspal mini yang mogok. Walhasil si pengendara babak belur juga, motornya pun ringsek! (KHAERUL ANWAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com