Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumput di Lembah Kali Sat Tak Tumbuh

Kompas.com - 10/04/2013, 21:29 WIB
Gregorius Magnus Finesso

Penulis

BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Warga di sekitar Kawah Timbang, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengaku, gas beracun di dalam tanah sudah ada sejak lama. Bahkan, di lembah Kali Sat yang merupakan celah aliran gas tersebut, rumput pun tidak mau tumbuh.

"Warga sekitar sudah tahu hal itu (gas beracun dalam tanah). Terutama di lembah Kali Sat. Sekali pun aktivitas kawah sedang normal, rumput pun tidak mau tumbuh di sana. Mereka sudah tahu mana yang berbahaya mana yang tidak," ujar Kepala Desa BSumberejo, Ibrahim, Rabu (10/4/2013).

Hal itu disampaikan Ibrahim menanggapi permintaan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang meminta warga tidak mencangkul di sekitar kawah Timbang. Hingga kini status kawah masih ditetapkan Siaga (level III) dengan radius bahaya mencapai 1 kilometer.

"Warga berharap PVMBG mengevaluasi status Kawah Timbang agar mereka dapat beraktivitas normal," tambah Ibrahim.

Saat ini, warga terpaksa "mencuri-curi" kesempatan menerobos masuk ke radius 1.000 meter dari Kawah Timbang guna merawat tanamannya agar tidak sampai gagal panen. Dia juga meminta perhatian pemkab setempat untuk mengganti kerugian petani. Pasalnya, sebagian petani harus berutang untuk memulai masa tanam. Utang tersebut tetap harus dibayar meskipun lahannya gagal dipanen.

Kepala PVMBG Surono mengatakan, keluarnya gas karbondioksida (CO2) dari dalam tanah tidak dapat diprediksi lokasinya. Masih tingginya gempa vulkanik dalam maupun vulkanik dangkal menunjukkan bahwa tekanan gas di dalam Kawah Timbang masih tinggi. Hingga kini, pengukuran di kedalamamn 50 centimeter dari permukaan di lembah Kali Sat, konsentrasi CO2 masih mencapai lebih dari 5 persen volume.

Dia meminta masyarakat mengingat saat tragedi saat Kawah Sinila meletus pada 1979. Saat itu, sekitar 149 jiwa tewas justru saat menghirup gas yang keluar melalui rekahan-rekahan tanah di sekitar kawah Timbang.

"Kalau masalah mencuri-curi masuk ke radius bahaya, yang penting kami sudah melarang. Mereka (petani) semestinya tahu risikonya. Keputusan untuk tidak menurunkan status kegunungapian, murni didasari pertimbangan sains, salah satunya karena intensitas kegempaan masih tinggi," ujarnya. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com